Rabu, 27 Juli 2011

Let the love of Allah Remain in the heart

Why did u keep your burden inside you, when you have Allah to tell it to?
Why did u fear everyone might hate you, when you have Him to fill it with eternal bliss?
Why did you choose to settle in turbulence when there's His pure love that speaks of peace?
Open your heart,
Let Allah wash away the hurt,
Embrace the greatest love..
He, alone could give you.

Pray to Allah for He listens to all prayers,
Believe in Him alone and not the deceiving others,
Do what he says for He is your mentor,
Love Him truly and not the impostor.

When you are in a battle unarmed, Let His Love ♥ be your sword..

When you feel cold, Let His Love ♥ warm you..

When you stumble and fall, Let His Love ♥ catch you..

When you have no more food to eat, Let His Love ♥ fill your tummy..

When you can no longer breathe, Let his Love ♥ be your air..

When you have no more to drink, Let His Love ♥ be your water.

When you are lost in the rain, Let Allah's Love ♥ be your shade..

When you are lost in the dark, Let His Love ♥ be your light..

When you can no longer see, Let His Love ♥ be your sight..

When you are bruised in a fight, let Allah's love ♥ stop your bleedings..

When you are wronged in an argument, Let His Love ♥ unleash what's true..

When no one understands you, Let Allah's Love ♥ be searched..

When no one listens to you, Let His love ♥ be heard..

When no one believes in you, Let His Love ♥ be seen..

When no one trusts you, Let His Love ♥ be serene..

When you believes in you, Let Allah's Love ♥ be your confidence..

When you doubt nobody protects you, Let His Love ♥ heed..

When someone fools you, Let Allah Love ♥ make you wiser..

When someone belittles you, Let His Love ♥ make you greater..

When someone abandons you, Let His Love ♥ show you what to do..

When you are a weak, Let Allah's Love ♥ be your strength..

When you can no longer smile, Let His Love ♥ make you greater..

When you are lost, Let His Love ♥ be your way..

When you can no longer speak, Let His Love ♥ tell you what to say..

When you are afraid, Let Allah's Love ♥ be your protection..

When you are confused, Let His Love ♥ be your liberation..

When you are hurting, Let His Love ♥ be your therapy..

When you feel like giving up, Let Allah's Love ♥ push you..

When you feel like tired and fed up, Let His Love ♥ purpose pursue..

When you reach the pinnacle of your journey,
The angels of heavens will welcome you finally..

So GO ON, walk on to the road leading to his heavens' grandeur..
DON'T go a day without His Love,
You will never falter,
DON'T let the devil deceive your heart, Allah shall conquer it forever..

Hold on and believe in Allah's Love ♥,
Thats the best you can have, please never weep again..
and in your heart... Let His Love ♥ remain..

by,
Sister in Islam ( Sister Jalylah Mala)

♥ ♥ ♥


***

Firman Allah s.w.t :
" Dan di antara manusia ada orang yang menyembah Tuhan selain Allah sebagai tandingan, yang mereka cintai seperti mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cintanya kepada Allah. Sekiranya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat azab (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu semuanya milik Allah dan bahwa Allah sangat berat azabNya (niscaya mereka menyesal)"
(Surah alBaqarah 2 : 165)

Kamis, 14 Juli 2011

Allah mengajari aku IKHLAS

Hari berganti, dan bulanpun tak terasa terus berubah. Aku semakin tua saja kawand..

Bulan ini dan beberapa hari kemarin, rasanya aku selalu ingin menangis. Aku tak pernah menyalahkan Allah yg menganugrahi aku kepribadian melankolis, bukan pula tak bersyukur karena sebagai wanita diberi perasaan peka dan sensitif.

Tapi, aku memang merasa cengeng belakangan ini.

why? entahlah, padahal aku sudah sekuat tenaga untuk tidak menitiskan air mata di depan temen2 kampusku. Tapi mengapa rasa sedih itu menghanyutkanku dalam kesendirian...

rasanya ingin berteriak kencang "HEY AKU BUKAN ANAK CENGENG TAU !!"

sekalipun seperti itu aku memang benar-benar tak tahan lagi, terserah bila orang meremehkan aku gara-gara hal ini.

Ya, inilah aku yg kini selalu menangis teringat dosa2 pada ibunya yg menggunung.

Ya, inilah muti fauziah yg air matanya tak pernah kering karena takut tak lagi bertemu dengan ibunya di akhirat kelak.

Ya, inilah aku... yg belum bisa membahagiakannya. yg selalu menyusahkannya.

Beliau benar-benar pergi saat aku belum sepat mengucapkan terimakasih untuk didikannya, beliau benar-benar tak akan kembali. Walau rasanya ingin melihatnya tersenyum, saat melihat anak perempuan satu-satunya ini wisuda. Ingin sekali melihatnya terharu sesaat melihat putri kesayangannya ini menikah dan menggendong seorang putra...

Ya Allah...

Aku begitu kehilangan,

kehilangan Guru terbaik yang aku miliki dalam kesederhanaan.

Aku kehilangan Koki terhebat dan Dokter pribadiku...

Aku kehilangan,

kehilangan wanita tercantik yg pernah aku temui...

kehilangan wanita shalehah yg pernah aku miliki.

seseorang yg tak pernah lelah mengajari aku segala sesuatu tentang kehidupan.

karena Ia, seorang wanita tangguh

yg memperkenalkan aku dengan Rabb nya

karena Ia, seorang akhwat luar biasa

yg mengajari aku membaca kalam-Nya

Ana uhibbu ummi lillah...

By: Seorang anak yg dirajam kerinduan


Ditulis pertamakali di FB mut 7 November 2010

Kamis, 07 Juli 2011

Surat Lamaran Darinya

Setiap kali ada teman yang mau menikah, saya selalu mengajukan pertanyaan yang sama. Kenapa kamu memilih dia sebagai suamimu/istrimu? Jawabannya sangat beragam. Dari mulai jawaban karena Allah hingga jawaban duniawi (cakep atau tajir, manusiawi lah). Tapi ada satu jawaban yang sangat berkesan di hati saya.


Hingga detik ini saya masih ingat setiap detail percakapannya. Jawaban salah seorang teman yang baru saja menikah. Proses menuju pernikahannya sungguh ajaib. Mereka hanya berkenalan 2 bulan. Lalu memutuskan menikah. Persiapan pernikahan hanya dilakukan dalam waktu sebulan saja. Kalau dia seorang akhwat, saya tidak akan heran. Proses pernikahan seperti ini sudah lazim.


Dia bukanlah akhwat, sama seperti saya. Satu hal yang pasti, dia tipe wanita yang sangat berhati-hati dalam memilih suami. Trauma dikhianati lelaki membuat dirinya sulit untuk membuka diri. Ketika dia memberitahu akan menikah, saya tidak menanggapi dengan serius. Mereka berdua baru kenal sebulan. Tapi saya berdoa, semoga ucapannya menjadi kenyataan. Saya tidak ingin melihatnya menangis lagi.



Sebulan kemudian dia menemui saya. Dia menyebutkan tanggal pernikahannya. Serta memohon saya untuk cuti, agar bisa menemaninya selama proses pernikahan. Begitu banyak pertanyaan dikepala saya. Asli. Saya pengin tau, kenapa dia begitu mudahnya menerima lelaki itu.


Ada apakan gerangan? Tentu suatu hal yang istimewa. Hingga dia bisa memutuskan menikah secepat ini. Tapi sayang, saya sedang sibuk sekali waktu itu (sok sibuk sih aslinya). Saya tidak bisa membantunya mempersiapkan pernikahan. Beberapa kali dia telfon saya untuk meminta pendapat tentang beberapa hal. Beberapa kali saya telfon dia untuk menanyakan perkembangan persiapan pernikahannya. That’s all. Kita tenggelam dalam kesibukan masing-masing.


Saya menggambil cuti sejak H-2 pernikahannya. Selama cuti itu saya memutuskan untuk menginap dirumahnya. Jam 11 malam, H-1 kita baru bisa ngobrol -hanya- berdua. Hiruk pikuk persiapan akad nikah besok pagi, sungguh membelenggu kita. Padahal rencananya kita ingin ngobrol tentang banyak hal. Akhirnya, bisa juga kita ngobrol berdua. Ada banyak hal yang ingin saya tanyakan. Dia juga ingin bercerita banyak pada saya. Beberapa kali Mamanya mengetok pintu, meminta kita tidur.


“Aku gak bisa tidur.” Dia memandang saya dengan wajah memelas. Saya paham kondisinya saat ini. “Lampunya dimatiin aja, biar dikira kita dah tidur.” “Iya.. ya.” Dia mematikan lampu neon kamar dan menggantinya dengan lampu kamar yang temaram. Kita melanjutkan ngobrol sambil berbisik-bisik. Suatu hal yang sudah lama sekali tidak kita lakukan. Kita berbicara banyak hal, tentang masa lalu dan impian-impian kita. Wajah sumringahnya terlihat jelas dalam keremangan kamar. Memunculkan aura cinta yang menerangi kamar saat itu. Ingá akhirnya terlontar juga sebuah pertanyaan yang selama ini saya pendam.


“Kenapa kamu memilih dia?” Dia tersenyum simpul lalu bangkit dari tidurnya sambil meraih HP dibawah bantalku. Berlahan dia membuka laci meja riasnya. Dengan bantuan nyala LCD HP dia mengais lembaran kertas di dalamnya. Perlahan dia menutup laci kembali lalu menyerahkan selembar amplop pada saya. Saya menerima HP dari tangannya. Amplop putih panjang dengan kop surat perusahaan tempat calon suaminya bekerja. Apaan sih…., Saya memandangnya tak mengerti. Eeh.., dianya malah ngikik geli.


“Buka aja.” Sebuah kertas saya tarik keluar. Kertas polos ukuran A4, saya menebak warnanya pasti putih hehehe. Saya membaca satu kalimat di atas dideretan paling atas.

“Busyet dah nih orang.” Saya menggeleng-gelengkan kepala sambil menahan senyum. Sementara dia Cuma ngikik melihat ekspresi saya. Saya memulai membacanya. Dan sampai saat inipun saya masih hapal dengan kata-katanya. Begini isi surat itu…..

Kepada Yth

Calon istri saya, calon ibu anak-anak saya, calon anak Ibu saya dan calon kakak buat adik-adik saya

Di tempat

Assalamu’alaikum Wr Wb

Mohon maaf kalau anda tidak berkenan. Tapi saya mohon bacalah surat ini hingga akhir. Baru kemudian silahkan dibuang atau dibakar, tapi saya mohon, bacalah dulu sampai selesai.

Saya, yang bernama …… menginginkan anda …… untuk menjadi istri saya.

Saya bukan siapa-siapa. Saya hanya manusia biasa. Saat ini saya punya pekerjaan. Tapi saya tidak tahu apakah nanti saya akan tetap punya pekerjaan. Tapi yang pasti saya akan berusaha punya penghasilan untuk mencukupi kebutuhan istri dan anak-anakku kelak.

Saya memang masih kontrak rumah. Dan saya tidak tahu apakah nanti akan ngontrak selamannya. Yang pasti, saya akan selalu berusaha agar istri dan anak-anak saya tidak kepanasan dan tidak kehujanan.

Saya hanyalah manusia biasa, yang punya banyak kelemahan dan beberapa

kelebihan. Saya menginginkan anda untuk mendampingi saya. Untuk menutupi kelemahan saya dan mengendalikan kelebihan saya.

Saya hanya manusia biasa. Cinta saya juga biasa saja. Oleh karena itu. Saya menginginkan anda mau membantu saya memupuk dan merawat cinta ini, agar menjadi luar biasa. Saya tidak tahu apakah kita nanti dapat bersama-sama sampai mati. Karena saya tidak tahu suratan jodoh saya.

Yang pasti saya akan berusaha sekuat tenaga menjadi suami dan ayah yang baik.

Kenapa saya memilih anda? Sampai saat ini saya tidak tahu kenapa saya memilih anda. Saya sudah sholat istiqaroh berkali-kali, dan saya semakin mantap memilih anda. Yang saya tahu, Saya memilih anda karena Allah. Dan yang pasti, saya menikah untuk menyempurnakan agama saya, juga sunnah Rasulullah. Saya tidak berani menjanjikan apa-apa, saya hanya berusaha sekuat mungkin menjadi lebih baik dari saat ini.

Saya mohon sholat istiqaroh dulu sebelum memberi jawaban pada saya. Saya kasih waktu minimal 1 minggu, maksimal 1 bulan. Semoga Allah ridho dengan jalan yang kita tempuh ini. Amin.

Wassalamu’alaikum Wr Wb

Saya memandang surat itu lama. Berkali-kali saya membacanya. Baru kali ini saya membaca surat ‘lamaran’ yang begitu indah. Sederhana, jujur dan realistis. Tanpa janji-janji gombal dan kata yang berbunga-bunga. Surat cinta minimalis, saya menyebutnya. Saya menatap sahabat disamping saya. Dia menatap saya dengan senyum tertahan.

“Kenapa kamu memilih dia.”

“Karena dia manusia biasa.” Dia menjawab mantap. “Dia sadar bahwa dia manusia biasa. Dia masih punya Allah yang mengatur hidupnya. Yang aku tahu dia akan selalu berusaha tapi dia tidak menjanjikan apa-apa. Soalnya dia tidak tahu, apa yang akan terjadi pada kita dikemudian hari. Entah kenapa, Itu justru memberikan kenyamanan tersendiri buat aku.”

“Maksudnya?”

“Dunia ini fana. Apa yang kita punya hari ini belum tentu besok masih ada. Iya kan ? Paling gak. Aku tau bahwa dia gak bakal frustasi kalau suatu saat nanti kita jadi gembel. Hahaha.”

“Ssttt…” Saya membekap mulutnya. Kuatir ada yang tau kalau kita belum tidur. Terdiam kita memasang telinga. Sunyi. Suara jengkering terdengar nyaring diluar tembok. Kita saling berpandangan lalu cekikikan sambil menutup mulut masing-masing. “Udah tidur. Besok kamu kucel, ntar aku yang dimarahin Mama.” Kita kembali rebahan. Tapi mata ini tidak bisa terpejam. Percakapan kita tadi masih terngiang terus ditelinga saya.

“Gik…”

“Tidur. Dah malam.” Saya menjawab tanpa menoleh padanya. Saya ingin dia tidur, agar dia terlihat cantik besok pagi. Kantuk saya hilang sudah, kayaknya gak bakalan tidur semaleman nih. * * *


Satu lagi pelajaran pernikahan saya peroleh hari itu. Ketika manusia sadar dengan kemanusiannya. Sadar bahwa ada hal lain yang mengatur segala kehidupannya. Begitupun dengan sebuah pernikahan. Suratan jodoh sudah tergores sejak ruh ditiupkan dalam rahim. Tidak ada seorang pun yang tahu bagaimana dan berapa lama pernikahannya kelak. Lalu menjadikan proses menuju pernikahan bukanlah sebagai beban tapi sebuah ‘proses usaha’.


Betapa indah bila proses menuju pernikahan mengabaikan harta, tahta dan ‘nama’. Embel-embel predikat diri yang selama ini melekat ditanggalkan. Ketika segala yang ‘melekat’ pada diri bukanlah dijadikan pertimbangan yang utama. Pernikahan hanya dilandasi karena Allah semata. Diniatkan untuk ibadah. Menyerahkan secara total pada Allah yang membuat skenarionya. Maka semua menjadi indah.

Hanya Allah yang mampu menggerakkan hati setiap umat-NYA.

Hanya Allah yang mampu memudahkan segala urusan.

Hanya Allah yang mampu menyegerakan sebuah pernikahan.

Kita hanya bisa memohon keridhoan Allah. Meminta-NYA mengucurkan barokah dalam sebuah pernikahan.

Hanya Allah jua yang akan menjaga ketenangan dan kemantapan untuk menikah.

Lalu, bagaimana dengan cinta? Ibu saya pernah bilang, Cinta itu proses. Proses dari ada, menjadi hadir, lalu tumbuh, kemudian merawatnya. Agar cinta itu bisa bersemi dengan indah menaungi dua insan dalam pernikahan yang suci. Witing tresno jalaran garwo (sigaraning nyowo), kalau diterjemahkan secara bebas: “Cinta tumbuh karena suami/istri( belahan jiwa).”

Cinta paling halal dan suci. Cinta dua manusia biasa, yang berusaha menggabungkannya agar menjadi cinta yang luar biasa

Adakah anda tahu hubungan antara 2 biji mata anda? Mereka berkedip bersama, bergerak bersama, menangis bersama, melihat bersama dan tidur bersama meskipun mereka tidak pernah melihat antara satu sama lain… begitulah suatu hubungan seharusnya…

oleh by Ugik Madyo

sumber::

http://keluarga-smwa.com/2010/08/surat-lamaran-darinya/