Sabtu, 20 Desember 2014

Pembohong dan Penipu

aku bilang, aku takut kepada Allah
dia bilang, aku pembohong
aku bilang, aku beragama islam
dia bilang, aku pembohong

aku bilang, aku mencintai Allah
dia bilang, aku pembohong
aku bilang, aku merindukan-Nya
dia bilang, aku pembohong

dia bilang...
dimana rasa takut mu?
jika sholat saja merasa tak perlu
dimana letak ke islaman mu
jika kau sama saja
seperti manusia tak ber Tuhan

kau mengaku cinta
tapi jarang mengagungkan nama-Nya
kau mengaku rindu
tapi membiarkan Al-qur’an berdebu

begitu sibuknya engkau dengan dunia
begitu lengahnya kau dengan akhirat
dunia hanya sebuah jembatan
tak perlu banyak berbekal barang

wahai jiwa...
dimanakah mata yang takut kepada Allah?
yang berlinang mengingat dosa
yang gelisah manakala tersesat
apakah hatimu begitu gelap?
betapa banyak pandangan yang manis di dunia
sementara pahitnya di akhirat tidak tertanggung

wahai jiwa...
hatimu rapuh
pandanganmu kabur
matamu lepas
lisanmu menjaring dosa
tubuhmu penat mengais puing-puing dunia
betapa banyak pandangan nista yang menggelincirkan

kau merasa aman dengan kebaikan dunia
kau gembira dengan harta yang kau dapat
tapi kau lupa dengan pedihnya kematian
kau terlena dengan lamanya perjalanan

Allah menangguhkan siksa untukmu
tetapi engkau malah menantang
engkau ingat kepada-Nya saat susah
tetapi lupa di saat senang

wahai jiwa...
kondisimu begitu memprihatinkan
kau takut neraka, tetapi engkau senang bermaksiat
lisanmu kering dari berzikir
pikiranmu lengah dari mengingat Allah
begitu bebalnya dirimu!
berkali-kali engkau tersadar
berpuluh kali pula engkau kembali  berdosa

andai kau benar-benar cinta, kau tentu mematuhi-Nya
pencinta niscahya tunduk kepada yang dicintainya

aku bilang, aku berjanji akan berubah
Allah bilang, engkau PENIPU

---------------------------------------------------------------
“Kalian benar-benar telah lupa. Kalian bertingkah laku seolah-olah tidak akan pernah mati, seolah-olah tidak akan dikumpulkan pada Hari Kiamat, seolah-olah tidak akan dihisab di hadapan Allah, dan seolah-olah tidak akan melewati jembatan di atas neraka. Begitulah kalian. Selama ini kalian hanya mengaku-ngaku memeluk islam dan beriman”. (Syekh Abdul Qadir Al-Jailani)

“sabar dalam ketaatan di dunia sesungguhnya lebih ringan daripada sabar dalam neraka” (ibnu al-jauzi)

Rabu, 05 November 2014

Kado Milad Untuk Erma

kau telah aku catat
sebagai wanita akhir zaman
yang hidup bagai kupu-kupu
melebarkan sayapnya
bermetamorfosis

cukup !!

jangan harap
seikat pujian aku kirim
bersama barisan kata
jangan kau pikir
sebait syair ini membiusmu
menerbangkan rasa
menusuk keakuan diri

jujurlah sobat !!
kau bukan seperti apa yang aku lihat, bukan?
tidak selalu seperti apa yang mereka dengar
tidak selamanya seperti apa yang mereka katakan

aku mengamati
aku merasakan 
aku mencoba memahami

lihat senyum ikhlasmu
yang bagiku seperti pilu
menahan tangis
mengubur luka

bukankah amanah bagimu pelipur lara?
mencoba banyak hal
mengukur diri dengan kesibukan
nyatanya kau gamang
tapi Tuhan selalu baik pada mu
menguatkan, mengokohkan
meluruskan jika berbelok
sedikit mencubitmu kala kau lupa
mereka bilang kau aktifis kampus
mereka taunya kau akhwat militan
kader dakwah, konsultan organisasi
banggakah kau dengan labelmu?

tapi aku tak peduli
dengan apa yang mereka kata
karena mata mu selalu jujur
ia berbisik padaku
aku hanya wanita sederhana
yang berproses menjadi wanita seutuhnya
sobat, kau guru politik bagiku
alaram kebaikan
kawan diskusi
teman bermain
pun objek jahil dan nakalku

sobat...
apakah aku ini saudaramu?

jika pundak tak kuasa memikul beban
mengapa kau selalu bungkam?
berbohong pada dunia baik-baik saja
teganya kau,
menjadikanku saudara
yang tidak berguna
tidak berperasaan

Ah, aku lupa...
mungkin kau si batu karang laut
yang tegar di terjang ombak
yang pantang pulang
meski hujan
walau panas
tak apa...
bagimu mungkin aku hanya angin laut
yang tak banyak membantu

sobat, aku titip satu hal
tentang orangtua mu
muliakanlah mereka sebelum kesibukanmu
sebelum kau benar-benar sibuk
sebelum karir menutup telingamu
sebelum waktu memisahkanmu
sebelum Tuhan memaksamu ikhlas
membelajarkanmu makna kehilangan

untukmu kurangkai kata,
terimakasih...
untuk ratusan kebaikan yang belum terbalas
untuk puluhan nasihat yang belum aku amalkan

kini, ribuan maaf ku kirim
untuk ego dan akhlak yang masih berantakan
untuk lisan yang tak terjaga dan melukai 

semoga ukhuwah...
mempertemukan kita di surgaNya
tanpa perseteruan
tanpa amarah dan saling menjatuhkan
uhibbuki fillah

----------------------------------------------
My Little Home,
dan rampung di tulis @office ruang kreatif aksara 
5 November 2014, 10.35 AM


Kamis, 09 Oktober 2014

dear cinta (part merdeka)

Assalamualaikum cinta.
Lama tak merangkai huruf tentangmu yang entah siapa. Apa kali ini aku menulisnya karena rindu? atau karena iri dengan mereka yang telah paripurna? Mungkinkah karena galau?.

Tapi nyatanya bukan, sungguh tulisan ini hadir bukan karena alasan itu. Aku menulisnya dengan gembira, saat hati kuat tak goyah, stabil tak hilang arah. Aku menulisnya disaat merdeka, saat dimana aku merasa bebas, lepas.

Bukan sebagai orang yang terjajah oleh perasaan. Bukan sebagai tawanan nafsu dengan rindu yang menggebu. Hatiku merdeka atas ijinNya, perasaanku lapang dibuatNya. Aku bahagia dengan kondisi hati yang tak tertawan oleh perasaan, bebas di alamNya yang luas.

Bukankah ini sebuah nikmat yang patut di syukuri? Yang barangkali hanya sebagian orang yang mengerti. Karena banyak yang justru meratap dengan kesendiriannya, banyak yang galau dengan jomblonya, bahkan sampai hati mengakhiri hidup atau hilang akalnya (naudzubillah).

Maka ijinkan aku mengagungkanmu (cinta) dengan makna yang berbeda. Membingkai dan mengemasmu cantik atas kuasaNya. Sungguh entah apa namanya ini, tidak peduli dengan cinta seorang manusia. Sungguh tak ku mengerti mengapa begini, yang justru resah manakala mencintai.

Terimakasih wahai pemilik cinta, padaMu kutitip sebuah rasa. Cukup jaga saja, untuk orang yang tepat hingga waktunya tiba.

~ semoga membawa kebaikan~
~ mutia azahra, romance edition

Senin, 23 Juni 2014

Muhasabah Before Ramadhan

Bismillahirohmanirrohim,
Kawan, cobalah tinggalkan sejenak kesibukan dan hiruk pikuk kegiatan. Apapun tentang duniamu tentang deadline pekerjaan, skripsi, pilpres yang semakin memanas, euporia piala dunia, kasus kejahatan, kekerasan, tawuran dan berbagai masalah hidup lainnya. Cukup beberapa menit saja, kita buka mata, hati dan pikiran kita. Saya akan mengajak teman-teman untuk memperhatikan, memikirkan dan merenungkan satu hal kecil yang sering kali kita remehkan. Saya akan mencoba mengajak pembaca bertafakur akan hidup yang sebentar ini, bukan menggurui karena nyatanya saya masih sama-sama belajar. Bahkan teman-teman rasanya lebih tahu dari pada saya, baiklah tidak usah berlama lama. Inilah yang akan saya bincangkan, tentang matahari.

Salah satu benda langit yang mampu memancarkan cahaya sendiri,sungguh tidak asing lagi untuk anak hingga orang tua sekalipun. Ia dekat dengan kita dan keberadaannya bisa kita rasakan sampai saat ini Alhamdulillah. Jika teman-teman browsing atau membaca ensiklopedia tentang matahari, tentu akan banyak gambaran pengetahuan dan wawasan, yang membuat kita sadar bahwa ukurannya begitu besar dan suhunya begitu panas (Subhanallah). Matahari adalah sumber cahaya yang paling penting. Matahari mempunyai pengaruh besar atas terjadinya angin, cuaca,dan kejadian-kejadian alam lainnya. Ada sinar matahari yang tidak dapat kita jangkau, bahkan masih banyak menyangkut matahari yang tidak dapat kita ketahui.Cahayanya pun tidak mampu kita tatap berlama-lama. Kalau matahari saja demikian, maka bagaimana kita dapat melihat dengan mata kepala kita Pencipta matahari itu?.

Jika wujud Allah saja tidak bisa kita lihat, jangan-jangan bukan karena tidak bisa, bukan karena tidak jelas. Tetapi justru karena Dia sedemikian jelas, sehingga mata dan pikiran silau bahkan tumpul, tak mampu memandangNya. Imam Al-Ghazali menulis “Ketersembunyian-Nya disebabkan oleh kejelasan-Nya yang luar biasa, dan kejelasan-Nya yang luar bisa disebabkan oleh ketersembunyian-Nya. Cahaya-Nya adalah tirai cahaya-Nya, karena semua yang melampaui batas akan berakibat sesuatu yang bertentangan dengannya”. Subhanallah,karena pada hakikatnya Allah ada dimana-mana. Mata, hati, dan diri kita saja yang sering kali lalai dengan keberadaannya. Atau mungkin karena keangkuhan,maksiat, dan gelapnya hati kita sehingga tidak mampu mentafakuri dan mengambil hikmah dari setiap kejadian.
Sebagai contoh, ketika seseorang bisa membuat pesawat dan melayang di udara, maka hal ini sungguh mengagumkan. Tetapi, karena telah terjadi berulang-ulang, maka terjadi erosi kekaguman akibat kebiasaan-kebiasaan itu.Lalu bagaimana jika kita pergi keluar angkasa, melihat langsung setiap benda bahkan diri kita sendiri mengawang-ngawang di angkasa. Ini sungguh menakjubkan karena tidak sering kita lihat. Padahal kedua peristiwa itu pada mulanya sama saja mengagumkan. Maka bagi seorang mukmin, kebiasaan-kebiasaan itu tidak menjadikannya hilang kekaguman, apalagi menjadikannya melupakan Allah.



Pernahkah engkau berpikir betapa kecilnya kita dihadapan Allah? Sungguh kecil, tidak ada apa-apanya, memikirkannya saja sungguh menyedihkan. Merenungkannya saja sungguh membuat rendah diri, karena betapa sering saya lalai, betapa selalu saya lupa bahwa saya tidak ada apa-apanya. Suatu hari saya tertegun, menangis karena nyatanya Allah begitu HEBAT. Menangis karena buktinya saya seringkali sombong, malu karena isi hati tak sebagus tulisan, tidak seindah ucapan, tidak sebaik perbuatan. Apakah selama ini saya hidup dalam topeng kepura-puraan. Saya menangis hanya karena memandangi gambar ini kawand, memperhatikan alam, memikirkan, dan merenungkannya.


Sungguh,ilmu saya begitu sempit karena bagaimanapun saya belum bisa membayangkan perbandingan matahari dengan bumi. Namun setelah dengan tidak sengaja menemukan gambar tersebut, saya belajar untuk lebih menghargai hidup. Mari kita renungkan dengan hati yang lapang, ada apa sebenarnya dengan gambar diatas? Sekilas memang terlihat biasa saja, teman-temanpun sudah tidak asing lagi melihatnya.Tapi ya Allah, betapa bumi yang saya diami ini begitu kecil, saya bahkan tidak bisa melihat benua asia, peta Indonesia, pulau jawa, atau bahkan kota bandung dari gambar ini. Dimana kota yang saya diami?, dimana kampung tempat saya tinggal?.Mana perumahan, sungai, pegunungan, dan kota-kota besar yang gedungnya,menaranya, begitu tinggi menjulang?. Masya Allah, nyatanya saya lebih kecil dari semua itu, sangat kecil dari debu sekalipun. Apakah mungkin sekecil bakteri atau molekul-molekul, yang untuk melihatnya saja butuh mikroskop. Subhanalloh, Walhamdulillah, Walaailaha’illalloh Wallohuakbar !!

Allah,

sungguh tak mungkin aku menduduki kursi kebesaranmu,

menggunakan sifat Maha Hebatnya Engkau
tidak pantas aku sombong di hadapan manusia,
tidak elok merasa diri paling sempurna
merasa diri paling benar
merasa diri paling hebat
sungguh tak pantas
bahkan jika Engkau pinjami aku selendang ke AgunganMu
meski sedetik saja

“Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi lebih besar daripada penciptaan manusia akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui” (QS. Ghafir 40:57)

Bahkan memandang langit atau bumi dengan pandangan biasa saja bersama sedikit kesadaran, sudah cukup mengantar manusia untuk mengetahui bahwa kita makhluk yang kecil dan kecil. Bahkan nol besar di sisi Allah swt. Lebih-lebih jika manusia mengetahui sekelumit dari hakikat alam raya ini.

Maka apa yang sebenarnya membuat manusia harus berbangga diri?sejatinya TIDAK ADA. Kita terlahir kedunia tanpa memiliki harta apapun, hidup numpang di bumi Allah, bisa hidup dan bernafas juga kalo di ijinin sama Allah,makan-minum juga dari segala sesuatu yang hakikatnya milik Allah. Sungguh betapa miskin dan kecilnya kita dihadapan-Nya.

Maka, sungguh sangat mudah bukan jika Allah menghendaki kehancuran bumi dengan cepat, tapi mengapa saya sebagai manusia justru seperti menantangNya?. Buang sampah sembarangan hingga terjadi banjir, merasa tak peduli dengan urusan penebangan hutan, pencemaran sungai, pengrusakan ekosistem tanah, air dan udara. Acuh dan merasa tidak berkepentingan dengan lingkungan, lalai dengan shalat, tilawah dan ibadah lainnya tapi justru fokus memburu dolar. Hingga rasanya iman terasa kering, merasa bahagia dalam fatamorgana hidup. Membuang-buang waktu seperti akan hidup selamanya (Astagfirullah). Bukankah ini bukti begitu arogannya saya?

Ah sudahlah, menulisnya saja malu. Seperti mengumumkan pada dunia tentang aib sendiri, da aku mah apa atuh. :'(

Sabtu, 31 Mei 2014

Da aku mah apa atuh?

da aku mah apa?
hanya seonggok tanah
hanya sekumpulan saraf dan darah
hanya rangka tulang berbalut daging

da aku mah apa?
hanya rangkaian sendi dan otot
hanya kumpulan organ dan jaringan
hanya sebuah sistem yang bersinergi
yang berwujud
yang bergerak
yang seimbang

katanya...
aku ini makhluk sempurna
yang Allah tiupkan ruh
yang Allah berikan akal
yang Allah sisipkan perasaan

da aku mah apa atuh?
bukan malaikat yang selalu patuh
bukan iblis yang selamanya ingkar
bukan binatang yang tak beradab

kini aku tau....
da aku mah makhluk sempurna
maka harus banyak bersyukur
da aku mah ciptaan Allah yang berakal
maka tak perlu banyak berputus asa
da aku mah punya perasaan
maka tak perlu saling menyakiti

Hai manusia,
Apakah engkau mengira dirimu kecil?

Tidak!
Dalam dirimu terdapat alam yang amat besar.

-------------------------------------------
"Hai manusia Apakah yang telah memperdayakanmu terhadap Tuhanmu Yang Maha Pemurah? Yang telah menciptakan-mu lalu menyempurnakan kejadianmu dan menjadikanmu seimbang; dalam bentuk apa saja yang Dia kehendaki, Dia menyusunmu" (Qs. Al infithar [82]: 6-8)

Jumat, 09 Mei 2014

Save Our Children

Belakangan ini berita ramai oleh kasus kekerasan dan pelecehan seksual pada anak. Padahal masih hangat awal april lalu, mata dan telinga kita sibuk di jejali berita tentang pemilu dan parpol merah, kuning, hijau. Dunia terus bergerak, informasi terus berganti dan wawasan kita tentunya harus semakin terasah. Masalah akan semakin beragam, tidak lagi sembunyi-sembunyi tapi terang-terangan, teknologi yang maju cepat, dan mudahnya akses informasi membuat orang semakin kreatif. Ironinya ke kreatifan itu bukan dalam hal positif saja tapi dalam bentuk kejahatan. Belum selesai saya menulis, berita baru sudah bermunculan. Geram saya, sama berita dan berbagai kasus yang melibatkan anak-anak.

Jika hari ini mereka begitu kelabu, apa yang terjadi esok lusa?
Masihkah mereka berwarna?

Sungguh memprihatinkan, rasanya pengen marah. Ini musibah besar yang tidak bisa dianggap lumrah dan biasa. Dalam catatan ini, saya ingin mengulas kasus yang melibatkan anak, yang saat ini marak diperbincangkan, saya akan coba mengulas dari prespektif berbeda. Tulisan ini tidak akan menghakimi aparatur pemerintah baik itu dalam bidang keamanan atau pendidikan. Cukup, kita tak perlu menghubungkan satu sama lain untuk memperkeruh suasana. Karena menurut saya, ini adalah masalah bersama, yang bisa saja terjadi di lingkungan kita. Berita yang terjadi saat ini mungkin membuat para orang tua khawatir, sebagian dari mereka dilema, apakah membiarkan anak bergaul dengan lingkungannya, memproteksi sejak dini, atau bahkan memilih home schooling saja. Ada sebuah statmen yang baik, tapi saya lupa persisnya seperti apa. Kurang lebih garis besarnya seperti ini, "anak akan tumbuh dan senang bermain dengan lingkungan, dan teman-temannya. Sebelum semua itu terjadi, buatlah anak senang bermain bersama orang tuanya".

Peran orang tua tidak bisa dianggap main-main, beberapa kasus yang saya dapatkan di televisi, internet atau radio membuat hati saya tergerak untuk segera menulis. Ya, saya belum bisa berbuat banyak, hanya bisa woro-woro sama temen-temen, hanya bisa berbagi ilmu dengan orang tua murid, dan mengingatkan anak-anak mereka. Berharap catatan ini bisa membawa manfaat untuk yang berkenan membacanya.

Pemirsa yang budiman, perilaku menyimpang yang terjadi pada pelaku pemembunuhan, perkosaan, tawuran dan lainnya adalah cerminan gagalnya pendidikan moral di usia dini. Faktor itu didukung dengan lingkungan tempat ia tumbuh, dan bersama siapa ia bergaul. Sehingga penyimpangan moral yang terjadi pada seseorang (pelaku) tidak terjadi secara instan, tapi melalu beberapa proses. Menurut seorang ahli psikologi, ada 3 fase seseorang berkelakuan jahat, hal ini bisa kita telusuri dengan :
  1. Lihat siapa yang mengasuhnya sewaktu kecil, apakah orang tua, nenek, kake atau pembantu rumah tangga. Hal ini penting, mengingat usia dini merupakan masa “pemodelan” untuk anak. Jadi setiap peranan pengasuh akan tertanam kuat di dalam otak anak yang masih imut-imutnya itu. Peran ayah atau ibu yang baik atau buruk akan menjadi teladan untuk dirinya. Namun fase pertama ini, bukan satu-satunya hal yang bisa membentuk anak menjadi jahat. Karena fase pertama ini, dipengaruhi oleh fase berikutnya.
  2. Lihatlah lingkungan sosialnya, fase pemodelan di usia kanak-kanak dipengaruhi kuat oleh lingkungan. Dalam hal ini saya menyebutnya “imitasi”. Lingkungan yang saya maksud di sini, tidak hanya sebatas tetangga kanan-kiri, depan-belakang, tetapi segala sesuatu yang termasuk di dalamnya. Diantaranya seperti budaya, adat istiadat, sekolah, masyarakat, dan peranan media. Faktor media di fase ini sangat berpengaruh, bulan maret lalu saya menyimak salah satu berita miris: seorang remaja tega menganiyaya mantan pacarnya, hingga meninggal dunia karena alasan sakit hati. Ini adalah salah satu gambaran, bahwa pemuda masa kini kurang mampu menahan emosi. Namun menurut ahli psikologi, hal ini disebabkan karena ia senang menonton film pembunuhan dari masa kanak-kanak sampai ia tumbuh menjadi remaja. Faktor lainnya, ia merasa tidak disayangi oleh orang tuanya terutama ayah. Sungguh miris. Pun bahaya media bisa kita rasakan dari tayangan sinetron yang banyak menyuguhkan bullying, cinta monyet, aksi kekerasan tanpa kita sadari dan tayangan yang membuat mata dan hati jauh dari mengingat Allah, jauh dari hal yang membawa manfaat. Maka sungguh awal kehancuran bilamana anak “mengimitasi” apa yang ia lihat, apa yang ia dengar, apa yang ia temukan dalam lingkungan sosialnya.Jika 3 dari 10 orang anak di setiap daerah demikian, apa kabar Indonesia dari sabang sampai merauke? Apa jadinya Indonesia beberapa tahun kedepan apabila anak-anak dan remajanya sudah terlihat memperihatinkan. Betapa sungguh hal mendidik dan mengkader anak manusia, bukanlah perkara sederhana.“Jika ia tidak bisa mewarnai lingkungannya, tentu ia akan terwarnai oleh lingkungan”. Berhati-hatilah.
  3. Fase ketiga ini merupakan gabungan dari fase satu dan dua yaitu “penguatan”. Apa yang ia terima di lingkungan keluarga dan sosial, seiring waktu akan mengendap dan menguat di dalam otak. Itu bisa membentuk karakter, perilaku, dan akhlaknya. Dalam fase penguatan ini saya berasumsi sebagai berikut:
  • Lingkungan keluarga kondusif + lingkungan sosial kondusif = karakter anak menjadi kuat (sama/tidak terlalu jauh dari apa yang diharapkan).
  • Lingkungan keluarga kondusif  + lingkungan sosial kacau =
  • Jika ayah dan ibu bekerja sesuai dengan peran dan tugasnya, anak merasa aman dan nyaman berada di lingkungan keluarga. Lingkungan sosialnya tidak akan membawa pengaruh besar, selama pondasi yang orangtua bangun positif dan kuat.
  • Jika ayah atau ibu membangun pondasi positif tapi tidak kuat, anak bisa saja terbawa arus lingkungannya yang kacau.
  • Dirumah anak merasa tidak berharga + lingkungan kondusif  = anak merasa nyaman dengan lingkungan atau teman-temannya, (tumbuh kuat “mengimitasi” lingkungan sosialnya), tidak begitu dekat dengan keluarga.
  • Dirumah anak merasa tidak berharga + lingkungan sosial kacau = anak bosan hidup (merasa hidupnya tidak berarti), sistem dalam otak terganggu sehingga ia lebih berani mengambil resiko, melakukan segala hal yang membuat dirinya senang tanpa memikirkan baik/buruk.

Khusus untuk point ke tiga ini, saya menulis berdasarkan apa yang saya lihat di lapangan. Asumsi ini masih perlu di buktikan dengan penelitian, adapun teman-teman yang mengetahui teori atau lebih paham akan ilmunya saya tunggu keripik pedas untuk kita makan bersama. #eh

Baik, kita kembali ke pembahasan. Apa yang saya tulis di atas merupakan sedikit gambaran penyebab seseorang berperilaku kriminal. Lalu bagaimana dengan korban?, dalam hal ini baiknya langsung konsultasi dengan psikolog. Jika orangtua tidak cepat tanggap, dikhawatirkan anak akan mengalami gangguan mental. Sebuah penelitian menyebutkan, seseorang yang mengalami gangguan pelecehan seksual di masa kecil akan melakukan hal yang sama dimasa depan. Kurangnya perhatian dari orangtua dan tidak adanya terapi yang dilakukan terhadap korban, membuat 80% korban pelecehan seksual melakukan hal yang sama dimasa depannya, 20% lainnya mengalami gangguan mental dan menutup diri. Hal yang ingin saya tekankan dalam penulisan ini adalah: RE EDUCATION OF PARENT atau pentingnya pendidikan untuk ayah dan ibu dalam mendidik buah hatinya Evni Indriani seorang psikolog anak menjelaskan dengan beberapa hal yang saya tambahkan. Beliau menuturkan bahwa betapa krusialnya peranan orangtua dalam mendidik, ini keadaan DARURAT. Perlu adanya gerakan nasional dari orangtua untuk meminimalisir kejadian serupa. Adapun dibawah ini saya berikan oleh-oleh/bekal untuk orangtua dan para pendidik sebagai PR kita bersama, sebagai berikut :
  • Tanamkan pada anak, nilai-nilai agama sejak dini, hal yang paling penting adalah melatihhabit  yakni dengan contoh/teladan. Anak senang meniru sehingga ia butuh contoh kongkrit tidak abstrak. Oleh karena itu ketika menanamkan nilai-nilai baik, tidak bisa hanya dengan kata-kata.
  • Tanamkan nilai-nilai kebaikan (pendidikan moral) pada anak, karena Pada usia 0-7 tahun otak anak terbuka. Hal yang ia terima akan dilakukan ulang ketika dewasa.
  • Berikan ia pengetahuan dasar tentang kasus kekerasan, tidak peru detail. Bila anda bingung untuk menjelaskan pada anak mari kita diskusikan ^_^

Semoga bermanfaat,
Masih belajar menuangkan pemikiran 
Sangat berharap kritik yang membangun, dan saran yang mencerahkan.
My little home, di sela-sela penulisan skripsi: 8 Mei 2014 Pukul 08.08 PM
Mutia Azahra

Senin, 21 April 2014

15 Menit

sepenggal saja, aku tuliskan kata kalimat atau sebuah rasa.
selembar saja, aku tinggalkan secarik kertas, seuntai puisi
aku dan mauku, bukan lagi kau
tentang cerita mimpi dan cita-cita

cukup lima belas menit saja
begitu pikirku
merebut asa, yang semakin purna
mengembalikan raga yang terlihat samar

aku dan bahkan egoku
menyibak tak mau
tapi waktu tak pernah baik
selalu dengan tega berlalu
tak bisa untuk bernegosiasi

kemana jiwaku yang dulu
semangat yang membakar
energi yang membara
tentang cita-cita
tentang iman dalam dada

aku begitu merindu
jiwa ku yang dulu menggila
gila untuk selalu menjadi baru dan luar biasa

cukup lima belas menit saja
aku hantarkan mimpiku
aku tulis teriakan perjuangan
aku bakar dan lucuti ketakberdayaan
ku pakai baju perjuangan

mengalahkan ego
mengubur setiap hal yang merusak

Aku akan datang menjadi pribadi yang baru
pribadi berkualitas...

*selamat hari kartini, karena setelah guruh dan hujan ada pelangi yang menghiasi.

Minggu, 20 April 2014

Penjahat Ulung

Lihatlah penjahat
kau berhasil...
membuat orang bertanya-tanya
membuat orang menduga-duga
membuat orang kepo

Lihatlah penjahat
kau sukses
membuat orang tidak takut
untuk bermimpi
untuk belajar
untuk mencoba

Penjahat !!
lihatlah, kau dan semua ulah mu
membakar ragu
membuat iri
membungkus cemburu
mendeskripsikan mimpi menjadi nyata

Hey kau, penjahat ulung !!
berani-berani nya membuat nenek menangis
berani-berani nya membuat haru
berani-berani nya membuat mata berkaca

lihatlah semua ulah mu
tersenyum pada mereka yang masih ragu
lihatlah semua kelakuan mu
menjadi buah bibir dan artis untuk sementara waktu

Ah kau, dasar penjahat ulung !!
sampai bertemu di dimensi waktu
antara kau, aku,
kita, dan mimpi-mimpi kita
menuju pribadi berkualitas



*ide tulisan ini di temukan di jakardah perjalanan menuju bandara soekarno hatta Sabtu, 19 April 2014 sekitar pukul 02.30 pm. Ditemani dua kawand seperjuangan, "let's be great women, d'atangs !! ".

Senin, 14 April 2014

Untuk April

Halo april, kau adalah bulan dalam do'aku yang kusebut untuk wisuda. Tapi itu dulu, sebelum banyak prakira tak terduga yang tak mereka tahu. Ah memang tak perlu banyak yang tau. Tapi sungguh aku merasa asing, berjalan dikampusku sendiri. Apakah semua mahasiswa tingkat akhir yang belum berakhir merasakan sama??.

Lihatlah, mereka bertanya kenapa aku banyak menunda.
Dengarlah, mereka berargumen mengapa malas dan ini itu di telinga
Tersenyumlah, atas berbagai hal yang mereka tak tau mengapa...
atas berbagai pertanyaan...
atas banyaknya sangkaan...
sungguh tak perlu mereka tau mengapa..

Hai april, sahabatku satu persatu melaju dengan cakapnya
Meninggalkan aku yang bukan siapa...
Aku tidak sedih, aku tidak ingin menangis.
Aku hanya merasa 
Sepi...

Bahkan rasanya kampus begitu...
ah sudahlah, ini hanya karena sepi
yang terkadang membuat melankolis
mungkin karena sudut kelas dan tempat bersejarah ini
dulu terdengar ramai, terlihat sibuk
oleh tawa mereka
oleh banyak kesimpulan dan argumen
oleh orasi dan persaingan
oleh cerita cita,cinta dan cakap yang tak bermakna
bukankah terkadang itu membuat rindu

dan kini wajah-wajah baru ini menemani sepiku
meski sepi dalam ramai...
yang ku tau, sidang di depan mataku
yang ku yakini, semua selesai pada waktunya
mungkin menurutku tidak tepat,
tapi bagiNya itu adalah waktu yang tepat
maka cukup, bisakah tidak untuk bertanya lagi

Rabu, 26 Maret 2014

Aku tahu kau pun tahu

aku tahu
kau pun tahu
apa sebabku menjadi bisu
menjadi begitu menyebalkan

ini sebab kau tak punya jawaban
bertanya pada bulan
yang hanya tersenyum terang
ini alasan kaki mu tak lagi berpijak
bumi yang kau diami tergenang
tak lagi indah...

tapi negeriku indah sekali,
dipenghujan banyak kolamnya
dimusim panas banyak turisnya

asal kau tahu
kami senang sekali berenang
maka saat penghujan
Tuhan memberikan banyak air

pun kau tahu
kami bahagia dimusim panas
karena jemuran cepat kering
dan petani bersyukur dengan padinya

inilah negeriku
yang katanya lucu
karena kebaikan dikata pencitraan
karena pemberian dibilang gratifikasi

kau mengetahuinya kawan
ketika kebaikan
terdengar begitu mahalnya
ketika maksiat
terlihat begitu maraknya

inilah zamanku
yang cahayanya
mulai redup
mulai samar

bahkan suatu saat nanti
tak bisa kita bedakan lagi
sebuah kejahatan yang terlihat baik
dan sebuah kebaikan yang dirasa buruk

inilah, akhir zaman
aku tahu, kau mengetahuinya

Daun

Coba tengok dedaunan yang elok rupawan berderet rapi di sebuah tangkai pepohonan. Membuat rimbun, rindang orang berteduh, sejuk orang bernaung. Lalu-lalang burung berkicau mencari makan, pulang pergi mengambil bahan yang ia perlukan untuk membuat sarang. Sungguh aku tau, itu pohon yang baik dan nyaman untuk siapa saja yang berada disekitarnya. Air dan sinar matahari yang cukup, tentu sangat membantu pertumbuhan pohon ini. Membuatnya kuat menghujam bumi, membuatnya tegak dan mampu menopang diri. Hujan seringkali membuat dedaunan menjadi basah plus segar, dan angin membuat udara begitu sejuk, begitu wangi.

Tapi aku tau suatu hal kawan, konspirasi antara hujan dan angin. Konspirasi ini hanya aku dan kau yang tau, konspirsi yang sungguh menyakitkan. Hujan sering kali berkata bahwa ia dapat membuat daun menjadi segar. Angin selalu mengatasnamakan sejuk nan hidup agar mampu membelai lembut daun-daun di tepian. Bukankah angin tak selamanya berbisik lembut? Bukankah angin tak selalu indah jika datang dengan keributan? Haruskah daun selalu percaya pada angin, yang kadang kala berbisik tentang masa depan. Tentang daun yang bisa terbang bebas layaknya angin. Lihatlah konspirasi itu teman, daun dapat terbang tapi tak mampu lama karena bukan keahliannya. Ia membuatnya terjatuh, hujan bersorak membuat daun yang jatuh menjadi segar dan busuk di atas tanah. Sepertinya daun tahu bahwa itu takdirnya, terjatuh di atas tanah, membusuk dan membumi.

Tuhan, apakah daun Engkau biarkan untuk memilih? atau ia benar-benar tak punya pilihan?
Karena bagiku daun masih tetap akan bermanfaat meski ia hanya memiliki dua pilihan dalam hidupnya. Pilihan seperti hidup dan mati untuk keseimbangan alam, atau mati membusuk membumi menjadi organik.

Tuhan, daun membelajarkan aku suatu hal. Tentang tumbuhan padang pasir yang tak pernah menggerutu menunggu hujan. Tentang tumbuhan tak berdaun yang tetap hidup meski tidak mampu berfotosintesis.
Tentang ikhlas yang diajarkannya, atas takdirMu, atas ijinMu yang membiarkan awan, hujan dan angin berkonspirasi.

Sungguh, karena daun tak pernah diberikan pembelajaran untuk pergi dan menghindar dari angin dan hujan. Bahkan ia tak diberikan kekuatan untuk menceraikannya, agar tak lagi berkonspirasi....

---------------------
cukup, untuk sebuah konspirasi yang membuat sesak, seolah tak membiarkan aku untuk memilih. Hanya sebuah analogi, tak perlu banyak menerka apa yang sesungguhnya ingin penulis sampaikan.
- mutia azahra

teruntuk, imamku

ijinkan aku untuk menunduk
agar hati menjadi cantik dan berkilau karena terjaga
biarlah buta dari pandangan bukan mahram
ajarkan pula aku bisu dan tuli dari perkara yang Allah murkai

untuk mu yang entah siapa dan dimana kini
doakan aku, agar terjaga dari semuanya
harapku, agar Allah menjaga mu pula, dengan penjagaanNya
meninggikan derajatmu dan menjadikan berkah rizki yg kau miliki

untuk imamku yang aku tak pernah tau..
semoga engkau adalah seseorang yang baik akhlak dan rupanya
doakan aku agar selalu ingin belajar banyak
tentang Rabb dan kekasihnya
tentang hikmah kehidupan dan banyak hal lainnya

Allah, maha bijaksana...
yang mengumpulkan kita disaat yang tepat
karena saat ini,Ia sedang mengajari kita sabar untuk menunggu
bila nyatanya kita berjodoh...
Sungguh, biarlah Allah yang mempertemukan kita dengan kuasaNya
yang meneguhkan hati kita, dan mengikatnya...
yang memantapkan hati kita, dan menjadikannya indah pada waktunya.

Jika kita bertemu kelak wahai imamku...
terimalah aku dengan semua kekuranganku
yang pastinya banyak sekali kekurangan dibandingkan kelebihannya
Aku hanya bisa berusaha untuk menjadi Ibu dan istri yang baik
maka, maafkanlah jika aku sebagai serpihan tulangrusukmu
tidak seperti apa yang engkau harapkan...

pintaku padamu, doakanlah aku...
agar aku tetap bersabar menunggumu,
menunggu surat cintaNya datang
saat ini, Allah belum mengamanahi aku dan engkau bersama...

berjuanglah  dalam pencarianmu...
berjuanglah mencari ridho Allah dlm langkahmu
agar setiap langkah adalah tasbih cinta
cinta yang mencintai aku karenaNya...

Catatan Asli tertulis, tanggal 21 Agustus 2012
-mutia azahra-

mati lampu -_-

gelap, sore ini semua aliran listrik di kampungku padam. dan aku tiba-tiba teringat mama. dulu saat mati lampu, aq berteriak dan segera mencari mama. rasanya sedikit tegang karena itu kondisinya malam hari, dan hujan begitu lebatnya.Aku dan adiku tentunya mencari perlindungan, saling berpegangan dan mencari mama di setiap sudut ruang. Ketika kami berteriak maaaa dengan suara ketakutan. Mama hanya berkata "yaa" sambil membawa lilin ke tengah ruangan. diruang tengah kami berkumpul, sedikit bermain bayangan dari pantulan sinar lilin. Mama senang memacakan sholawat, baik hujan atau ketika aku sedang rewel karena sakit. mama selalu membacanya hingga ku terlelap. Kangen mama :)

Untuk Angin

Beberapa hari dipekan ini, aku melewati jalan yang sama, penuh history membuat aku masuk dalam ruang waktu yang sebenarnya ingin aku hapus. Berjalan dengan semua asa yang aku punya, bahkan aku hafal detail sudut jalan, pertokoan dan perumahan di area ini, semua karena terlalu seringnya aku mondar-mandir untuk penelitian. Tapi ini menyakitkan, karena sejarah silam itu bagiku telah terkubur bersama putaran waktu. Haruskah aku menggali semua, membuka kembali lembaran album yang nyatanya telah berdebu?. Itu akan membuatku sesak.

Angin, aku ingin berbicara suatu hal padamu. Tentang keributan di senja hari, tentang celotehan tak berujung yang membuat engkau selalu mengalah - apa, mengalah?. Ah bagiku bukan mengalah, kau justru membuat semuanya menggantung diatas langit. Beterbangan. Bahkan bagiku kau selalu berpura-pura tak peduli, bagiku ka selalu berpura-pura tak tahu. Bukankah terkadang itu menyebalkan?. Kau tak pernah tau, bahwa aku adalah seseorang yang pandai menyimpan sejarah, menyimpannya dalam museum. Tapi kenyataannya, kau tak bisa aku simpan dengan mudahnya di museum. Ruang kecil berbingkai itu, tak cukup membuatmu masuk untuk aku museumkan-kau terlalu bebas berkeliaran. Nyatanya Tuhan ingin kita berdamai, menikmati hidup dengan berjalanya waktu. Tapi aku tidak mau mengerti untuk hal ini, berkawan dengan angin liar sepertimu terkadang menciptakan angin panas yang bisa membuatku gerah. Ya, karena bagimu mudah saja, pergi menjadi angin spoy dan berusaha tak peduli atau menjadi puting beliung meluluh lantakan semua.

Angin, aku tak mengerti. Apakah ini pembenaran diri atau sebenarnya diriku telah terjebak oleh tipuan, seperti tipuan bias dalam pelangi. Bisakah kau ceritakan dan jelaskan kepadaku tentang semua ini, pemahaman baru tentang cara berdamai terbaik. Aku pikir kau memiliki pengalaman hebat yang bisa kau bagikan untuk ku, tentang mengingat untuk melupakan. Atau mungkin kau tak pernah mempunyai kamus tentang dua hal itu? Karena aku menganggap semua ini adalah sebuah analogi :

Aku dan kau bertemu bukan secara kebetulan, dipertemukan bukan karena ketidak sengajaan. Seperti gerhana, yang membuat matahari dan bulan lurus sejajar bersamaan, meski tidak untuk selamanya (mutia azahra, 2013)

Maka Angin, biarkanlah aku luruh seperti daun yang jatuh. Meminta maaf padamu dan alam yang lebih tahu tentang kita, tentang semua hal yang bagiku tak perlu penjelasan. Tentang aku yang selalu marah, menyalahkan, menydutkan, membuatmu merasa tak nyaman. Atau mungkin aku saja yang terlampau membuat semua ini begitu rumit, ya aku saja yang membuat ini begitu kompleks. Aku terlalu ingin menutupi bahwa cermin yang retak itu baik-baik saja. Aku terlalu ingin meyakinkan mu bahwa diantara kita "just friend" and "enough". Nampaknya aku terlalu memaksakan, dan semua itu terkesan seperti memilukan. Aku tau, kau tidak ingin membuat dirimu menjadi beban untukku bukan? maka kau pergi dengan seluruh ego yang kau miliki. Kau benar-benar seperlunya, benar-benar tak peduli. Aku lega, meski sebenarnya aku tak mengerti apa yang aku inginkan.

Maka semua laku diriku tentang apa yang kau lihat selama ini adalah salah, aku takan mencari pembelaan. Biar saja kau yang menilai, tentang sudut pandangku akan seAbreg hal yang kau miliki. Kau cukup cerdas untuk mengenalku, dan untuk kali ini aku mengalah, aku mengalah padamu yang sabar mengikuti apa mauku, meski nyatanya bagiku kau terlalu keras kepala. Maka berhentilah untuk menerka apa yang aku pikirkan dan apa yang aku lakukan. Pura-pura tak tau, hingga akhirnya terbiasa dan akhirnya benar-benar tidak tahu.

Angin, bagiku catatan ini adalah kamus yang ingin kau baca ditahun lalu, tapi aku berusaha untuk tidak peduli. Mungkin kau menganggap aku terlalu hiperbola, membuat rumit hal yang sederhana. Tapi bagiku tidak demikian, ini adalah salah satu cara agar aku bisa berdamai dengan diriku. Taukah kau mengapa demikian, karena aku selalu berusaha agar waktu bisa menghapus semuanya. Memotong dengan paksa setiap bunga liar yang tumbuh-mengotori rumah. Cukup, semua ini karena aku selalu berusaha menghargai pemilik rumah yang sesungguhnya.

Hanya Kau yang tahu

Aku hanya berkata pada huruf
Membisikannya lewat sajak-sajak rindu
Membelai angin, merasakan hampa
Berteman lama dengan bisu

Cintaku adalah semburat rindu
Yang meradang kala cemburu
Yang berbunga kala bertemu
Tak ada yang tahu

Sejak lama aku berteman sepi
Berkawan dengan alphabet dalam keyboard
Menulisnya agar mengupahi
Menyimpanya hanya untuk dikenang

Cintaku hanya aku dan Dia yan tahu
Bersama barisan puisi roman
Tumpukan file-file karya
Yang pemerannya adalah dia

Sampai kapan aku menyimpannya?
Bercerita pada angin agar ia tahu
Berharap ia dengar
Berharap ia pun sama
Tuhan tau, aku menyimpannya dalam
Menjaga untuk setia
Berlatih untuk bersabar

Akhirnya, aku bertanya lirih
Tuhan, apakah Engkau pilihkan aku untuknya?

Hanya Kau yang tahu

Jumat, 28 Februari 2014

Aku berbohong

Maaf untuk kebohonganku
tentang pertanyaan yang membuat
aku begitu tersudut
membuat aku begitu tertekan

maaf atas kebohongaku kawand
atas setiap mata introgasi yg kau gunakan
atas setiap argumen dan analisis
yang kau lontarkan
karena aq masih tetap akan seperti ini
pura-pura tak peduli
pura-pura tak mau tahu

maka,
apakah bagimu aku bersalah?
padahal aku hanya sedang menata hati
padahal aku hanya belajar apik dengan perasaan
ataukah bagimu aku berdosa?
memotong rindu yang tak seharusnya
memusiumkan banyak sejarah
yang tidak semestinya aku kenang

ijinkan aku berbohong untuk hal ini kawand
agar bunga liar tak tumbuh di pekarangan
agar tak ada lagi tanda tanya
yang menggantung di langit-langit kamar

maaf aku telah berbohong
maka beri aku kesempatan kali ini saja
untuk mengatakan kejujuran padamu
tentang perasaan yang kumiliki

jujurku tentang rasa
adalah ketika Allah pertemukan
aku dan kau menjadi kita
memantapkan hatiku dengan yakin
memilihku hanya krenaNya

cukup hanya Allah saja yang mengetahuinya

ilalang

ilalang,
bukit yang kulihat masih tetap tegak,
tak beranjak. masih berpijak.
dan aku selalu mencoba lurus
tak menengok meski katanya indah.

basah oleh hujan
tak membuat mu payah
panas oleh mentari
tak membuatmu gentar

kau,
tetap berdiri tegak disana
memenjarakan aku
tanpa pernah peduli


Minggu, 12 Januari 2014

Great Mother

Bismillah, ini adalah catatan akhir tahun.
Catatan lepasku dipenghujung masehi 2013

Kawan, kau tak pernah tau akan terlahir kedunia menjadi wanita bukan?. Begitupun sama dengan pria, mereka tidak pernah meminta sebelumnya untuk di jadikan laki-laki. Allah sebaik-baik pencipta dan hakim yang bijaksana. Perjalanan ikhtiar menuju lulus ini ternyata menjadikan saya belajar meneliti dan memaknai hidup untuk lebih bijaksana. Karena selama perjalanan, ternyata saya justru banyak bergaul dengan banyak ibu-ibu. Bertukar pikiran dan belajar dari kisah hidup mereka. Akhir-akhir ini saya menyadari sesuatu, wanita hebat bukan dari karier mereka yang selangit. Justru dari kegigihan mereka mendidik anak-anaknya menjadi luar biasa. Saya jadi paham mengapa beberapa teman sebaya saya bercita-cita hanya menjadi ibu rumah tangga. Terdengar seperti klise atau lelucon, tapi disana terdapat niatan tulus yang mungkin baru saya temukan akhir-akhir ini.

Sebagai orang yang bergerak dalam pendidikan, saya menjadi sedikit melek terhadap peran ibu dan perkembangan anak. Hihi terdengar aneh tapi ternyata itulah yang musti saya hadapi akhir-akhir ini. Bergaul dengan ibu yang memiliki anak pendiem, pemalu, sampe dengan anak yang kagak bisa diem kaki-tangan dan mulutnya adalah tantangan yang luar biasa. Latar belakang anak yang berbeda-beda menjadi pelangi dikelas kehidupan saya, dari mulai  anak yang ortunya super sibuk, broken home, sampe dengan seorang anak yang mengaku orang tuanya adalah preman.

Hal ini membuat saya paham, bahwa jadi ibu itu HARUS HEBAT. Gak bisa asal mendidik, ga boleh asal suruh atau marah. Ingatlah bahwa ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Klo seorang ibu tidak siap, ia akan terjebak dengan pola asuh orang tuanya zaman dulu (mengasuh dengan pola turun temurun). Padahal tidak semua anak bisa diperlakukan dengan pola asuh yang sama. Intinya - seorang ibu memang kudu cerdas kawan ! Hasil dari sebuah penelitian menyebutkan,

masa kanak-kanak merupakan gambaran manusia sebagai manusia. Perilaku yg berkelainan pada masa dewasa dapat dideteksi pada masa kanak-kanak.

Coba kita renungkan, akhir zaman ini banyak sekali orang dewasa yang 'luar biasa'. Akhlaknya amburadul, imannya wallohu'alam, agamanya tanda tanya, sifat dan karakternya innalillahi. Perampokan, penculikan, pemerkosaan, pembunuhan, tawuran, korupsi, dan segala bentuk kejahatan lainnya tentu dilatar belakangi oleh faktor x. Salah satu faktor x itu adalah keluarga, why? karena kelakuan anak yang menyimpang seharusnya bisa di atasi sejak dini oleh keluarga. Itulah mengapa anak perlu pondasi  agama & akhlak yang kuat sejak dini. Agar sifat dan karakter nya mengakar tidak terbawa arus zaman. Disini peran orang tua sangat berpengaruh, anak di usia dini masih harus di ingatkan tentang sebab-akibat, benar-salah. Rata-rata di usia dini, anak senang dengan barang yang bukan miliknya, berbohong karena takut dimarahi, dan berkelakuan semaunya karena rasa ingin tahunya yang tinggi. Bila sejak dini dibiarkan ? apa jadinya bangsa ini?

Oleh karena itu pernikahan bukanlah soal yang bisa kita anggap sederhana, karena dibalik semua itu ada sebuah tanggung jawab yang tidak bisa di kesampingkan. Masalahnya untuk menjadi orang tua yang hebat tidak ada sekolahnya, sehingga banyak orangtua yang mendidik hanya berdasarkan pengalaman hidupnya. Di lingkungan keluarga, interaksi pendidikan dapat terjadi setiap saat tanpa kita sadari. Saat orang tua bertemu, berdialog, bergaul, dan bekerjasama dengan anak-anaknya. Saat seperti itu banyak perilaku dan perlakuan spontan yang diberikan kepada anak, sehingga besar sekali kemungkinan terjadi kesalahan-kesalah mendidik.

Wah, banyak sekali sebenarnya yang ingin saya bahas disini. Sebagai oleh-oleh akhir tahun, saya berikan info penting untuk teman2, kaka, bibi, tante, calon ibu, atau ibu2 muda. Boleh di catat, disebarkan dan tentunya diamalkan. Berikut ini adalah catatan seorang psikolog anak, laksmi adhiyani setiawan s.psi, saya dapat ini dari teman.

Ada 13 permintaan anak, yang mungkin tidak pernah mereka ucapkan :

  • Cintailah aku sepenuh hatimu
  • Aku ingin jadi diri sendiri, maka hargailah aku
  • Cobalah mengerti aku dan cara belajarku
  • Jangan marahi aku didepan orang banyak
  • Jangan bandingkan aku dengan kakak atau adik ku
  • Bapak ibu jangan lupa aku adalah photocopy mu
  • Kian hari umur ku kian bertambah, maka jangan selalu anggap aku anak kecil
  • Jangan membuat aku bingung, maka tegaslah padaku
  • Jangan ungkit – ungkit kesalahan ku
  • Biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku bila salah
  • Aku adalah ladang pahala bagimu
  • Jangan memarahi aku dengan perkataan – perkataan yang buruk, bukanlah apa yang keluar dari mulut mu adalah do’a bagiku?
  • Jangan melaranngku hanya dengan kata “jangan”  tapi berilah penjelasan kenapa aku tidak boleh melakukan hal tersebut

Ups, tanpa sadar ternyata note ini cukup panjang.
Terimakasih telah meluangkan waktunya untuk membaca, semoga bermanfaat.

Bukan menggurui, mari kita sama-sama belajar.
LET's BECOME  a GREAT MOTHER !