Kamis, 29 Januari 2015

Hamba Sahya

Wahai hamba Allah yang fana, jauh sebelum aku mengenalmu aku telah Allah pertemukan dengan banyak laki-laki. Dengan beragam karakter, latar belakang dan kebiasaan yang berbeda. Tetapi aku tidak bergeming untuk lantas menyukai mereka, walau begitu aku adalah manusia biasa. Maka bagiku menyukai seseorang adalah masa-masa yang sulit, saat aku memiliki perasaan suka, aku selalu memangkas perasaan itu dengan paksa. Bukan karena tidak bisa mensyukurinya, justru takut terjerumus maksiat karenanya. Sungguh aku berdoa, agar Allah menganugerahkan kepadaku perasaan suka terhadap orang yang tepat. Seseorang yang akan menjadi imamku kelak, seseorang yang dengan mengenalnya saja aku bisa belajar mencintai Allah dan Rosulullah SAW. Aku berharap Allah menjaga perasaanku jika aku tak mampu menjaganya. Hingga aku memohon kepadanya untuk mengganti hatiku jika aku benar-benar tak mampu lagi membingkainya.

Wahai hamba Allah yang banyak maksiatnya, salahkah jika kini aku menemukan seseorang yang mampu membuatku merasa nyaman?. Yang darinya aku bisa bersama-sama belajar mengenal Allah, yang darinya aku banyak belajar mecintai kekasih-Nya. Ah aku memang bodoh, menyukai orang yang belum pernah aku temui. Belum tau latar belakang keluarga hingga asal usulnya pun sungguh aku tidak pernah tau. Bukankah itu seperti membeli kucing di dalam karung?

Wahai jasad yang Allah tiupkan ruh di dalamnya, aku tidak memilihmu. Tetapi Allah yang memilihmu untuk aku sukai. Maka jika nyatanya kau adalah orang yang salah, hanya kepada Allah lah tempatku kembali. Allah sungguh pemilik jiwa yang tidak pernah membuatku kecewa. Ia akan menolongku dengan pertolongan terbaik, mengobati hati yang sakit dengan penawar yang menentramkan. Sungguh aku tidak ingin memaksakan inginku kepada-Nya, karena bisa jadi kau bukanlah orang yang terbaik untukku. Bukan sahabat hati untuk mencari ridho-Nya. Bukan kawan seperjuangan untuk menuju jannah-Nya. Bukan karib yang bisa ku ajak bekerja sama untuk  membuat bangga Rosulullah.

Wahai engkau,
Aku tidak pernah berharap bisa bertemu denganmu, jika pada akhirnya kau harus melukai.
Aku tidak pernah berkeinginan dipertemukan denganmu, jika di dunia dan akhirat kita hanya akan berseteru.
Tapi aku bercita-cita bertemu denganmu, hanya jika Allah meridhoi kita bersama dengan janji yang engkau ikrarkan, hingga penduduk langit dan bumi bersyukur karenanya...

Maka kini, ijinkan aku menghilang seperti buih. Menghilang darimu yang fana, yang tidak bisa kekal seperti-Nya. Melangkah menjauh dari rasa suka, untuk mendekap Dia Sang Penguasa Rasa. Pergi darimu yang papa, untuk mencari yang Maha Pemilik Segala. Meninggalkan mu yang lemah, untuk Dia pelindungku yang Maha Kuat. Sungguh, hanya Allah sebaik-baik tempat kembali, yang mengetahui segala hal yang tersembunyi. Yang menentramkan setiap jiwa yang gelisah, yang menguatkan setiap diri yang rapuh.

“Allah, hatiku telah sakit. Jangan biarkan aku jatuh cinta kepada laki-laki manapun, kecuali kepada seorang laki-laki yang telah Engkau gariskan sebagai jodohku”.

“aku takut jatuh cinta, karenanya terkadang aku membenci setiap mata yang memandang dengan seksama. Aku takut jatuh cinta, bukan karena jatuh itu begitu sakit, bukan karena aku tidak normal. Tapi karena setiap perasaan itu suci dan perlu dijaga karena-Nya. Aku takut jatuh cinta Rabb, mencintai orang yang salah, tak mampu menjaga hati, tak bisa membingkai perasaan. Aku takut jatuh cinta Tuhan, mencintai seseorang bukan karenaMu, takut melebihi cintaku padaMu, takut merindukan ia melebihi rinduku bermunajat padaMu. Tolong jaga hatiku Rabb, jaga hati, mata, lisan dan sikapku. Yang terkadang membuat mereka berpikir ingin memiliki sebelum waktunya. Tuhan, Engkau yang titipkan setiap perasaan pada setiap hati, menciptakan rindu, benci, dan suka. Maka jika kini boleh aku pinta, jagalah hatiku dengan penjagaanmu, hapuskan setiap perasaan yang tidak seharusnya. Hapuskan setiap rindu yang bukan pada tempatnya. Maaf untuk setiap hati yang tak mampu ku jaga, untuk kesibukan, pikiran dan khayalan yang ingkar. Bantu aku untuk menghapus segala sesuatu yang terasa mudharat ini ya Rabb..”


[aamiin, allohumma aamiin]

Selasa, 27 Januari 2015

Lautan Cinta-Mu

Aku memanggilmu dalam deretan sastra tak bertuan
Mengeja setiap huruf untuk kau yang entah siapa
Menyelipkan doa dalam sujud
Meski rindu terkadang meradang
Sungguh aku tidak iri dengan mereka yang paripurna
Karena aku yakin ini belum saatnya
Bukan untukmu wahai makhluk yang fana
Bukan demiku yang hina lagi papa
Oh bagaimana mungkin aku harus selingkuh dariNya
Yang bahkan tau setiap hati yang berbisik
Yang selalu mengawasi setiap gerak aktivitas
Oh bagaimana jika hati telah terbagi
Oleh dunia dan semua ornamen di dalamnya
Sungguh, mencintaiMu dan makhlukMu bagiku adalah ujian
Wahai pemilik cinta, anugerahkan kepadaku
Seorang imam yang mampu membawaku
ke lautan cintaMu

hanya ilalang

sebulir pemahamanku telah temukan ruangnya
mengulum ego hingga bertemu pangkalnya
kini menjadi beku, dihantam airaksa
pun menjadi keras, meski rasio-nya kini melunak

aku terbangun dalam dimensi waktu
terhipnotis elemen-elemen mimpi
menjadikanku pujangga tanpa lelah
walau diteriaki barisan para pemikir
meski dihujani tumpukan tanda tanya

dan kini aku paham tentangmu
yang berproses menyusun artefak rasa
membenam ke akuan diri
menyulam rombeng perilaku gila
memuseumkan sejarah tanpa kunci

kita tidak sedang bermain logika
tak pula berperang argumen kata
atau menyusun mozaik citra
mengeja satu per satu dinamika

terimakasih untuk memuliakaku
dengan tetap menjaga hati
menjaga jarak dan interaksi
teguh tanpa pernah terpengaruh

dan kini aku luruh...
sungguh tak ingin terlalu jauh
mengangkasa bersama barisan bintang
mengudara bersama ribuan layang-layang
tapi aku sungguh hanyalah ilalang...
maka jika terjatuh sungguh akan sakit
jika terinjak tentu akan terpuruk
begitu menyedihkan

maka ku minta
tetaplah menjadi sepi
biarkan langit yang menyusun ceritanya
melukis setiap bait-bait tasbih
mencatat setiap kalimat-kalimat rindu

tentu saja aku hanya ilalang..
tak mungkin tahu apa rahasia-Nya
maka jangan pernah membuat-Nya cemburu
cukup diamlah untuk sekedar tau

bahwa aku,
masih menunggu...

----------------------------------------------------------
mutia azahra, syair : romance 2015