Wahai hamba Allah yang fana, jauh
sebelum aku mengenalmu aku telah Allah pertemukan dengan banyak laki-laki.
Dengan beragam karakter, latar belakang dan kebiasaan yang berbeda. Tetapi aku
tidak bergeming untuk lantas menyukai mereka, walau begitu aku adalah manusia
biasa. Maka bagiku menyukai seseorang adalah masa-masa yang sulit, saat aku
memiliki perasaan suka, aku selalu memangkas perasaan itu dengan paksa. Bukan
karena tidak bisa mensyukurinya, justru takut terjerumus maksiat karenanya.
Sungguh aku berdoa, agar Allah menganugerahkan kepadaku perasaan suka terhadap
orang yang tepat. Seseorang yang akan menjadi imamku kelak, seseorang yang
dengan mengenalnya saja aku bisa belajar mencintai Allah dan Rosulullah SAW.
Aku berharap Allah menjaga perasaanku jika aku tak mampu menjaganya. Hingga aku
memohon kepadanya untuk mengganti hatiku jika aku benar-benar tak mampu lagi
membingkainya.
Wahai hamba Allah yang banyak
maksiatnya, salahkah jika kini aku menemukan seseorang yang mampu membuatku
merasa nyaman?. Yang darinya aku bisa bersama-sama belajar mengenal Allah, yang
darinya aku banyak belajar mecintai kekasih-Nya. Ah aku memang bodoh, menyukai
orang yang belum pernah aku temui. Belum tau latar belakang keluarga hingga
asal usulnya pun sungguh aku tidak pernah tau. Bukankah itu seperti membeli
kucing di dalam karung?
Wahai jasad yang Allah tiupkan ruh
di dalamnya, aku tidak memilihmu. Tetapi Allah yang memilihmu untuk aku sukai.
Maka jika nyatanya kau adalah orang yang salah, hanya kepada Allah lah tempatku
kembali. Allah sungguh pemilik jiwa yang tidak pernah membuatku kecewa. Ia akan
menolongku dengan pertolongan terbaik, mengobati hati yang sakit dengan penawar
yang menentramkan. Sungguh aku tidak ingin memaksakan inginku kepada-Nya,
karena bisa jadi kau bukanlah orang yang terbaik untukku. Bukan sahabat hati
untuk mencari ridho-Nya. Bukan kawan seperjuangan untuk menuju jannah-Nya. Bukan
karib yang bisa ku ajak bekerja sama untuk membuat bangga Rosulullah.
Wahai engkau,
Aku tidak pernah berharap bisa
bertemu denganmu, jika pada akhirnya kau harus melukai.
Aku tidak pernah
berkeinginan dipertemukan denganmu, jika di dunia dan akhirat kita hanya akan
berseteru.
Tapi aku bercita-cita bertemu
denganmu, hanya jika Allah meridhoi kita bersama dengan janji yang engkau
ikrarkan, hingga penduduk langit dan bumi bersyukur karenanya...
Maka kini, ijinkan aku menghilang
seperti buih. Menghilang darimu yang fana, yang tidak bisa kekal seperti-Nya. Melangkah
menjauh dari rasa suka, untuk mendekap Dia Sang Penguasa Rasa. Pergi darimu yang
papa, untuk mencari yang Maha Pemilik Segala. Meninggalkan mu yang lemah, untuk
Dia pelindungku yang Maha Kuat. Sungguh, hanya Allah sebaik-baik tempat
kembali, yang mengetahui segala hal yang tersembunyi. Yang menentramkan setiap
jiwa yang gelisah, yang menguatkan setiap diri yang rapuh.
“Allah,
hatiku telah sakit. Jangan biarkan aku jatuh cinta kepada laki-laki manapun,
kecuali kepada seorang laki-laki yang telah Engkau gariskan sebagai jodohku”.
“aku takut
jatuh cinta, karenanya terkadang aku membenci setiap mata yang memandang dengan
seksama. Aku takut jatuh cinta, bukan karena jatuh itu begitu sakit, bukan karena
aku tidak normal. Tapi karena setiap perasaan itu suci dan perlu dijaga
karena-Nya. Aku takut jatuh cinta Rabb, mencintai orang yang salah, tak mampu
menjaga hati, tak bisa membingkai perasaan. Aku takut jatuh cinta Tuhan,
mencintai seseorang bukan karenaMu, takut melebihi cintaku padaMu, takut
merindukan ia melebihi rinduku bermunajat padaMu. Tolong jaga hatiku Rabb, jaga
hati, mata, lisan dan sikapku. Yang terkadang membuat mereka berpikir ingin
memiliki sebelum waktunya. Tuhan, Engkau yang titipkan setiap perasaan pada
setiap hati, menciptakan rindu, benci, dan suka. Maka jika kini boleh aku
pinta, jagalah hatiku dengan penjagaanmu, hapuskan setiap perasaan yang tidak
seharusnya. Hapuskan setiap rindu yang bukan pada tempatnya. Maaf untuk setiap
hati yang tak mampu ku jaga, untuk kesibukan, pikiran dan khayalan yang ingkar.
Bantu aku untuk menghapus segala sesuatu yang terasa mudharat ini ya Rabb..”
[aamiin,
allohumma aamiin]