Senin, 24 Oktober 2011

entah apa namanya

Dua pekan ini, ada hal LUARBIAZA yg aku dapatkan dalam hidup. Seperti tak pernah rasanya aku ingin melupakan hal yg sudah terlewat ini. Bahagia karena bermanfaat, indah karena terekam oleh mata dan terukir oleh hati.

Tepat tanggal 15-16 oktober lalu, sebuah organisasi bernama HIMA ******* mengadakan kegiatan. Sebut saja, LDKM-PAB sebenarnya tak ada yang ingin kuceritakan dari semua kegiatan didalamnya. Karena jujur saja, semua itu hanya ingin membuatku marah walau dengan ungkapan tangis. *nampaknya tak usah dibahas, hal itu terlalu sensitif.

Ada hal RUARBIAZA yg ingin aku ceritakan, ada hikmah yg yang terselip yang ingin aku share buat rekan2 pembaca yang budiman. hehe... Tentu saja semua itu berkaitan dengan tugasku di PAB sebagai rakyat jelata, Upz.. maaf. Maksudnya sebagai medical care (medis), taukah kawan bahwa 1 menit kita tak cepat untuk menolong maka kesempatan hidup pasien hanya sekitar 98%. Oleh karena itu, kita dituntut untuk berfikir dan bergerak cepat, karena hal tersebut menyangkut hidup seseorang.

----------||-----------
Sabtu, 15 oktober 2011
Sekitar pukul 5 sore, seorang perempuan dari bagian acara berlari terengah2 memanggil. "medis..medis" Aku yang mendengarnya, bak telah berganti nama menjadi medis kemudian menyahut seraya berdiri. "ada apa?", perempuan itu, gugup dan bingung. dia hanya berkata "Tandu... cepat, tandu !!". Aku sedikit panik, karena ini merupakan pengalaman pertamaku menjadi seorang medis. Satu menit kemudian, datang dua orang membawa tandu. Dengan sigap aku yang berjaga di tenda medis memberi intruksi, "masukan ke tenda medis yg ikhwan". Namun tiba-tiba aku berfikir, mengapa ikhwannya berambut panjang. Setelah aku masuk tenda untuk mencoba menolong, "Astagfirullah, ternyata dia perempuan" naluri pertama yang muncul ketika itu, bukanlah naluri medis yang berkeinginan untuk menolongnya. Tapi naluri perempuan, yang begitu sangat ingin menyelamatkan izzahnya. Ya, tentu saja. Bagaimana mungkin aku hanya diam, melihat dia, ditangani oleh 2 koas yg bergender laki2.

Entah apa yg harus kulakukan, tapi saat itu aku hanya ingin berkata, "biarlah aku yang menolongnya". Meski pada kenyataannya, semua terasa sulit untuk dikatakan, aku tetap membantunya sesuai dengan instrusi koas yang kami undang itu.

Jauh dari lubuk hati, aku ingin menangis dan menjerit. Melihat adikku 2011 dalam kondisi seperti itu, benar-benar miris melihatnya. Bagaimana tidak? ia mengalami Hipotermia yang cukup serius, badannya menggigil hebat, ia kejang-kejang dan seluruh tubuhnya basah. Ingin rasanya aku menghentikan waktu dan berkata pada mereka yang mengobral arti kekeluargaan. Yang mengatasnamakan segalanya dengan kebersamaan, terkadang aku tak habis pikir. Mengapa adik-adikku harus diperlakukan demikian? apakah itu ritual untuk menjadikannya sebuah keluarga? Aku begitu marah, aku begitu kesal, aku begitu sedih. Sedih, karena tak mampu melakukan apa-apa, sedih karena tak ada yang mampu aku perbuat. Aku merasa sendiri dengan pikiran-pikiranku. Heeey, bukan zaman kalian lagi. Sekarang tak lagi sama seperti dulu, zaman berubah bung !! tapi lagi-lagi aku hanya menggerutu dalam dada *astagfirullah...

sepanjang waktu menolong anak itu, aku tak ada hentinya mengucapkan kata maaf. Maaf untuk pengkaderan yang terlalu memaksakan, maaf untuk tekanan yg begitu menyakitkan, dan sebuah kata maaf karena dirimu kini begini. Sungguh, maafkan kakamu ini...

Tidak ada komentar: