Senin, 25 November 2013

pintaku padaNya

aku tak kuasa untuk meminta
memilih mu untuk menjadi kawan hidupku
menanti dan berharap seperti
menunggu reda hujan dibalik jendela
membisikan pada angin bahwa aku menunggu mu

siapa yang peduli?
bahkan angin tak tau pada siapa pesan dituju
maka biarkan rintik hujan menemaniku
membawakan butiran tasbih, dari langit cinta-Nya
mengirimkan pelangi dan mentari yang malu-malu untuk bertemu

aku belum pandai memantaskan diri
menjadi nahkoda di samudera hatimu
berlayar dan mengarungi ganasnya ombak
di laut kehidupan milik-Nya
yang terkadang tak bersahabat

maka aku hanya berharap
Tuhan pilih aku untuk mu
memantaskan aku, menyatukan kita
jika tidak, bisakah pilihkan untukku
samudera hati yang menentramkan?
agar  reda hujan yang ku tunggu
adalah rumah cahaya tempatku berlabuh

---------------------------------------------
Ditulis dengan harapan kebaikan...

Rabu, 20 November 2013

PHOTO ?!

Ada beberapa kawan, yang mungkin sangat perhatian sekali terhadap saya. Dan seharusnya saya berikan ia piala atau penghargaan untuk hal tersebut. Beberapa kawan baik laki-laki atau perempuan itu mempertanyakan kenapa saya tidak memajang foto sendiri di halaman fesbuk saya. Saya pengen banget senyum gak tau kenapa, klo ada yang nanya seperti itu. Rasanya perhatian bener, sampe2 tau kalo foto saya jarang/gak pernah terlihat eksis di media jejaring tersebut. Padahal aslinya saya senang di foto dan hunting foto.

Sebenernya ini bukan karena gak pede, bukan karena gak mau, bukan karena saya seorang akhwat atau apapun itu. Tapi karena masalah hati, #huek mulai terasa lebay-red. Ya memang begitu, hati saya gak tentram mana kala ratusan orang memandangi foto saya yang barang kali tengah tersenyum atau narsis itu. Memang gak masalah klo orang yang mandanginnya biasa2 aja, gak peduli dan merasa tidak berkepentingan. Tapi rasanya resah aja, kalo dari seratus orang itu, satu orangnya tersepona, atau justru menganggap spesial foto saya itu. Ah bilang apa ntar saya sama Allah klo kejadiannya seperti ini? Innalillahi. itu adalah point satu. Point yang kedua adalah, saya mahal. Eiiits sombong bener ya. Maaf-maaf, bercanda tapi ada benernya juga ya, mungkin lebih tepatnya karena saya tidak mau mengobral wajah yang pas-pasan ini untuk orang yang baru kenal kemarin sore. #o'oW. Tapi memang begitu, karena wanita adalah fitnah bagi laki-laki, jadi sejatinya saya sedang mawas diri.(banyaknya penduduk neraka itu perempuan kawand)

Point yang ketiga, saya tidak haus pujian cantik, geulis, beautiful dan apapun itu. Justru terkadang saya malu dikatakan begitu, karena apa yg dilihat mungkin tak secantik akhlak atau hatinya. Malahan ada orang yang pernah saya tegur, karena dia bilang saya cantik. Agh, pujian hanya akan membuat kita tinggi hati, padahal manusia tak berhak memiliki baju kebesaran Allah itu. Kecantikan akan pudar termakan waktu, Allah Maha berkuasa, bahkan ia bisa membuat buruk rupa orang yang mempesona sekalipun. Point ke empat takut pembohongan publik, suatu ketika saya pernah secara tidak sengaja mendengar perbincangan anak remaja perempuan di angkot. Anak itu bilang, eh dia itu yang nama FB nya zzzzt kan? iya, kenapa gitu kata temannya. Ih kok aneh ya, di FB mah putih, cantik, bersih, naha aslinya mah beda banget. Pembicaraan singkat itu membuat saya termenung, ya Alloh jangan2 selama ini saya ingin terlihat luar biasa, di depan orang. Padahal aslinya mah hitam, legam, tak ada yang bisa dibanggakan. Dan saat itu saya bergumam, saya memang tidak cocok untuk difoto. Lebih oke lihat lansung daripada photo, karena nyatanya sy bukan photojenik. hahaha....

Sabtu, 02 November 2013

Keimanan

Munsyid : Haris Syafik
-------------------------------

Andai matahari di tangan kananku
Takkan mampu mengubah yakinku
Terpatri dan takkan terbeli dalam lubuk hati
Bilakah rembulan di tangan kiriku
Takkan sanggup mengganti imanku
Jiwa dan raga ini apapun adanya

Andaikan seribu siksaan
terus melambai-lambaikan derita yang mendalam
Seujung rambut pun aku takkan bimbang
jalan ini yang kutempuh

Bilakah ajal kan menjelang
jemput rindu-rindu Syahid yang penuh kenikmatan
Cintaku hanya untukMu
tetapkan muslimku selalu

Tak Ada Beban Tanpa Pundak

Munsyid : Tiar
--------------------

Terasa menyesakkan semua yang telah terjadi
Apa yang ku banggakan kini tinggal cerita
Kau uji aku...
Sekilas aku rasa tak kuasa
Namun kusadari dan aku mengerti kuserahkan pada MU

Takkan aku bertanya mengapa harus terjadi
Karna aku yakini tak ada beban tanpa pundak
Kau uji aku karna ku bisa melewatinya
Ini yang terbaik bagi hidupku.. semua hanya ujian

Biarkan aku oh malam...
Menangis di sepanjang sholatku
Karna hanya Allah yang bisa membuatku tegar
Menjalani semua ini..

Biarkan aku oh malam...
Bersimbah rahmat dan ampunanNya
Badaipun pasti berlalu menguji imanku
Aku serahkan pada Illahi

Doa Kalbu

Munsyid: Fika Mufla
Ciptaan: aden edcustic
------------------------

dimalam penuh bintang
di atas sajadah yang kubentang
sedu sedan sendiri
mengaduh pada Yang Maha Kuasa
betapa naif diriku ini hidup tanpa ingat pada-Mu
urat nadi pun tahu aku hampa..

di malam penuh bintang
di bawah sinar bulan purnama
kupasrahkan semua
keluh kesah yang aku rasa
sesak dadaku
menangis pilu
saat ku urai dosa-dosaku..
dihadapan-MU ku tiada artinya............

doa kalbu tak bisa aku bendung
deras bak hujan di gunung sahara
hatiku yang gersang........
terasa oleh tenteram...

hanya Engkau yang tahu siapa aku
tetapkanlah seperti malam ini
sucikan diriku selama-lamanya.......


Penghujung Bulan yang Mulia

Katakanlah hari, aku yang begitu lalai terhadap waktu yang berputar dengan cepatnya. Meninggalkan jejak penyesalan tiada terkira, melengkapi ruang kosong dan dinding zaman yg lapuk termakan ke egoisan. Katakanlah hari, aku yang tak pernah bergegas, terlalu santai dan tak mampu istikomah di bulan yang Engkau agungkan. Bahkan mungkin catatan kebaikan dibulan baik ini, tak ada apa-apanya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

sungguh aku bukan apa dan siapa
karena nyatanya...
aku tak mampu menahan waktu
memintanya kembali
atau bahkan menghentikannya barang sedetik

katakanlah hari...
begitu bodohkah aku?
yang tak mampu memanfaatkan waktu
sungguh, begitu ruginya

maka,
ketika alam menyerukan melodinya
suara bocah kecil riang gembira
sorak soray, pemuda-pemudi penuh tawa
dentuman petasan dan kembang api
ibu dengan kue, opor dan ketupatnya
bapak dengan zakat, kebun dan ternaknya
hiruk pikuk orang-orang yang berjibaku dengan tugasnya

katakanlah hari,
aq bukan lagi anak kecil yg riang dengan lebaran
yang senang dengan pakaian atau sepatu baru
menanti rupiah dari sanak saudara atau family

bukan...

karena nyatanya
lantunan takbir, irama bedug
dan instrumen alam di akhir ramadhan ini
membuat hatiku gerimis
seolah, akan di tinggal pergi oleh bulan yang mulia itu
seperti akan ditinggal jauh...
entah akan bertemu dengannya lagi, atau tidak

maka, tak bolehkah hujan berdiam di kelopak mataku?
untuk sebuah kondisi layaknya seorang yang ditinggal pergi
ingin rasanya merengek...
layaknya bocah kecil yang diambil permennya

cukup...

katakanlah hari...
bahwa ramadhan adalah untuk orang-orang
yang mampu meramadhankan hatinya

bukan...
bukan saat ramadhan
tapi setelah ramadhan itu pergi meninggalkannya


catatan introspeksi :
~ mutia azahra, syair ini tertulis asli di facebook saya tanggal 8 Agustus 2013

Perasaan Liar

Rumput liar itu sifatnya merusak tanaman, jadi tak perlu diberi pupuk dan disiram. Ia akan dengan sendirinya tumbuh & mengambil sari-sari makanan dari tumbuhan lain. Membuat kotor lingkungan, dan kumuhnya sebuah rumah. Coba tengok rumah-rumah yang tidak terawat, banyak ditumbuhi rumput liar setinggi jendela. Dan biasanya dijadikan bascamp makhluk-makhluk kasat mata pun orang-orang pengumpul dosa.

Tidak jauh beda dengan perasaan liar, jika memang niat untuk serius menikah dengnya saja tidak ada. Melamar dan bilang sama orgtuanya-pun tidak punya keberanian. Haruskah kita menyimpan perasaan liar itu? Membiarkannya tumbuh mengotori hati dan pikiran. Membuat syetan tertawa senang dan semakin kerasan bersemayam.

Barang siapa yang tidak menyibukan diri dalam kebaikan, maka syetan akan menyibukanmu dalam keburukan.

Baiknya seperti apa? klo tidak dengan menikah ya tentu saja berlatih, berlatih dan berlatih untuk memangkas perasaan itu. Memotong bunga-bunga rindu dengan teganya. Memaksa hati untuk menormalkan perasaan. Susah memang, tapi bisa. Karena Allah sebaik-baik yang membulak-balikan hati. Maka perasaan liar itu jangan kau siram dengan perhatian, kau beri pupuk rindu dan rasa yang spesial (rasa spesial? yummy, terdengar seperti martabak). Yaa tidak apalah jika kau senang rumah hati mu tertutup rumput liar, membuat gelap, kotor, bau, tak terawat.

Setiap PANDANGAN yang tidak menghasilkan IBROH (pelajaran)
adalah KELALAIAN AKAL
Setiap DIAM yang tidak mengandung PIKIRAN adalah KELENGAHAN
Setiap BICARA yang tidak mencerminkan DZIKIR adalah SIA-SIA

Sahabat Ali Ra berkata :
semua kebaikan terangkum dalam 3 kata
Pandangan - Diam - Bicara

Orang yang hatinya selalu lekat dengan nama-Nya maka Allah akan menjadi matanya ketika dia melihat, Allah akan menjadi kakinya ketika dia melangkah. Allah akan menjadi tangannya ketika dia berbuat, Allah akan menjadi otaknya ketika ia berfikir.

Jika sedang dan akan mengerjakan sesuatu, hatinya selalu bertanya.
"Apakah Allah suka dengan yang saya kerjakan ini?" 

Membiarkan hati di tumbuhi perasaan liar, sama artinya membiarkan tanaman dosa tumbuh di dalam rumah hati. Perasaan tersebut mungkin saja terasa indah, menyenangkan, membuat bahagia.Tentu saja rasanya indah, apalagi kalo yang ditanamnya bunga. Tapi apa jadinya jika bunga yang ditanam justru bunga berduri atau tanaman perasit yang merugikan? Seperti itu pun dengan perasaan liar, rasa bahagia yang tumbuh tidak akan mendapat pahala. Rasa rindu yang bersarang tidak akan membawa manfaat. Justru mungkin sebaliknya, memakan nutrisi-nutrisi pahala yang kita miliki. Membuat tanaman hati kita tak lagi sehat, dipenuhi hama, tanpa kita sadari. (Naudzubillah --")

ingatlah baik-baik."sesungguhnya SETAN itu adalah sesuatu yang PINTAR tetapi LEMAH. Sedangkan NAFSU adalah sesuatu yang KUAT tetapi BODOH. Jika keduanya bersatu, maka bertekuk lututlah manusia sehingga menjadi BODOH & LEMAH karena dikuasai SETAN yang PINTAR dan NAFSU yang KUAT" (anonim)

Yuk, kita kendalikan perasaan.
Agar indah, bersih dan menentramkan. Terhindar dari bisik-bisik nafsu yg menipu daya.
Bukan menggurui, tp mari kita sama2 berlatih mengendlikan hati


Yeaa, Latihan menulis lagi (^_^)
~mutia azahra, Catatan ini, tertulis asli di Faebook saya tgl 4 September 2013.

Sepucuk Surat Cinta Untuk Allah

Allah...
bisakah aku untuk tidak peduli
tak peduli atas apa yang mereka kata
atas pujian yang sejatinya hanya milik Mu
atas setiap ke kaguman yang sebenarnya tak berhak ku kantongi

Allah...
betapa ikhlas sulit rasanya
ajarkan aku tak peduli tentang apa yang mereka dengar
biarkan aku tetap tak peduli tentang apa yang mereka bincangkan

Allah...
lapangkan hatiku untuk setiap nasihat
Jagalah aku dengan penjagaanMu
Agar mata menjadi bening karena terjaga
Agar hati menjadi indah karena terbingkai

Allah...
aku tak berhak memakai baju kebesaran-Mu
merasa diri paling benar
merasa diri paling baik

Allah...
jangan binasakan aku
jangan hancurkan aku dengan penyakit hati
jangan biarkan diri angkuh
jangan biarkan pahala lebur karena tak ikhlas

Allah...
Allah...
Allah...

Jangan biarkan aku hancur karena sangkaan benar yg salah
Jangan biarkan aku terpuruk karena sangkaan baik yg nayatanya buruk
lindungi aku dari pujian yang membuat lengah
lindungi aku dari rasa sombong yang membuat binasa
Jadikan aku lebih baik dari prasangka hamba-hambaMu

ajarkan aku untuk menundukan hati
menjadi pribadi sederhana yang bermanfaat
ajarkan aku untuk ikhlas diri
beramal karenaMu bukan karena manusia

Allah...
Jika surga enggan menerimaku
hendak kemana aku pergi?
Bila neraka tempat ku berdiam
amalan apa yang bisa kuperbuat untuk pergi darinya?

Allah...
aku mengemis cinta dari Mu
hamba tak berpunya yang sering meminta
meringis tangis berharap Kau dengar
mengadu pilu berharap Kau tau


----------------------------------------------------------
created by, mutia azahra
ditulis dengan lapang, sebagai catatan renungan.