Katakanlah hari, aku yang
begitu lalai terhadap waktu yang berputar dengan cepatnya. Meninggalkan
jejak penyesalan tiada terkira, melengkapi ruang kosong dan dinding
zaman yg lapuk termakan ke egoisan. Katakanlah hari, aku yang tak pernah
bergegas, terlalu santai dan tak mampu istikomah di bulan yang Engkau
agungkan. Bahkan mungkin catatan kebaikan dibulan baik ini, tak ada
apa-apanya dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
catatan introspeksi :
~ mutia azahra, syair ini tertulis asli di facebook saya tanggal 8 Agustus 2013
sungguh aku bukan apa dan siapa
karena nyatanya...
aku tak mampu menahan waktu
memintanya kembali
atau bahkan menghentikannya barang sedetik
katakanlah hari...
begitu bodohkah aku?
yang tak mampu memanfaatkan waktu
sungguh, begitu ruginya
maka,
ketika alam menyerukan melodinya
suara bocah kecil riang gembira
sorak soray, pemuda-pemudi penuh tawa
dentuman petasan dan kembang api
ibu dengan kue, opor dan ketupatnya
bapak dengan zakat, kebun dan ternaknya
hiruk pikuk orang-orang yang berjibaku dengan tugasnya
katakanlah hari,
aq bukan lagi anak kecil yg riang dengan lebaran
yang senang dengan pakaian atau sepatu baru
menanti rupiah dari sanak saudara atau family
bukan...
karena nyatanya
lantunan takbir, irama bedug
dan instrumen alam di akhir ramadhan ini
membuat hatiku gerimis
seolah, akan di tinggal pergi oleh bulan yang mulia itu
seperti akan ditinggal jauh...
entah akan bertemu dengannya lagi, atau tidak
maka, tak bolehkah hujan berdiam di kelopak mataku?
untuk sebuah kondisi layaknya seorang yang ditinggal pergi
ingin rasanya merengek...
layaknya bocah kecil yang diambil permennya
cukup...
katakanlah hari...
bahwa ramadhan adalah untuk orang-orang
yang mampu meramadhankan hatinya
bukan...
bukan saat ramadhan
tapi setelah ramadhan itu pergi meninggalkannya
catatan introspeksi :
~ mutia azahra, syair ini tertulis asli di facebook saya tanggal 8 Agustus 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar