Ada
seperti gundah menelusup masuk ke dalam aliran darahku, alirannya berbeda tipis
dengan darah di pipa ketenangan. Pada labirin estafet pekejaan yang mengalir
deras, menuntut untuk bergerak tanpa membiarkan sang mpunya bermain-main dengan
dunianya.
Gundah itu membuat aliran darah sedikit beriak, letusan-letusan kecil
yang terjadi sebenarnya dapat terlihat meski begitu sering di sembunyikan. Ada semburat
kesedihan dan kehkawatiran, atas scedule dan taget-target yang telah dibuat se
idealis mungkin. Padahal aku tidak muluk, hanya ingin bertoga di akhir tahun
ini. Salahkah?
Kali ini
alam belum mendukung, Apa karena sebuah celotehan di awal kuliah yang aku
utarakan pada sang ayah? Membuat aku bertanya-tanya, banyak berpikir dan
beintrosfeksi. Padahal ini bukan hal yang jelek, dan aku pikir ini hanya
celotehan polos tanpa niatan yang jelas. Bisa jadi ini salah satu faktor yang
membuat jalan ceritanya sedikit berbeda. Tentunya jika pada saat itu
celotehanku di dengar oleh Allah, dan di amini oleh malaikat.
Namun melihat
kenyataan, tampak seperti akan jauh dari harapan. Argumen polos bahwa aku
memiliki someone in my live sebelum wisuda adalah scenario yang belum di acc Allah.
Atau justru karena belum, lantas Sang Sutradara menangguhkan kelulusanku. ?! Yang aku
inginkan semua mengalir, tanpa pompa jantung yang membuat darah kehidupan begitu kaget. Meski tidak bejalan beriringan, aku berharap semua tuntas di tahun
ini.
lagi-lagi aku tak bisa membohongi diri, ketenangan ini dengan perlahan mematikan syaraf2 penulisan skripsi. Hingga beberapa bagian menjadi keram, tak di aliri darah motivasi untuk penelitian. Aku terlalu lama menunggu kuota, tolonglah jangan buat aku sesak tak mampu bernafas karena menunggu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar