Minggu, 09 Juni 2013

tentang penantian :')

Hari ini, aku membiarkan tangan dan pikiranku mengalir bagaikan air. Mengguyur deras bagaikan air tejun, menciptakan riak dan gemuruh keras dalam hening hutan yang beriramakan alam. Mengusik pipa-pipa kehidupan yang sering kali orang-orang bicarakan. Aku tertegun, mendengar sebuah kata penantian dari beragam orang dan usianya. Dari karakter dan pekerjaannya. Membuat jemariku ini tak tahan lagi menulis, entahlah barangkali hanya sebuah tulisan iseng dari seorang penulis lepas-penyair amatir.

Beberapa bulan di tahun ini entah berapa puluh kartu undangan yang aku terima (lebay :P), beberapa teman mungkin galau karenanya, ia selalu berdo'a dan berharap pangeran berkuda putih segera menjemputnya (hehehe.....). Tak ayal banyak diantaranya yang berkata bahwa ini tentang penantian. Kita memang tak pernah tahu, namun lambat laun aku mengerti bahwa Allah sedang mendidik hambaNya untuk belajar menjadi orang yang lebih baik. Bukankah orang yang baik untuk yang baik pula. Itu adalah janji Allah dalam Al-Qur'an ; menyemangati muda-mudi yang 'GEGANA' GElisah Galau dan meraNa untuk menjadi pribadi yang lebih baik.

Belakangan ini aku menyadari suatu hal, penantian tercipta bukan untuk orang-orang yang galau siapa jodohnya. Kawandku yang sudah menikah saja bisa galau dan dibuat menunggu. Sedikit di buat cemas dan khawatir. Entah bagaimana, tapi rasa penantiannya mungkin tidak jauh berbeda. Bahkan ada yang harus menanti berpuluh tahun untuk diamanahi seorang putra, lagi-lagi Allah sedang mengajari hambaNya untuk bersabar. Bukankah penantian itu indah? tentu saja indah jika dibarengi dengan ikhtiar, iman yang kuat mengakar dan ikhlas yang kokoh menopang. Dalam penantian menunggu sang buah hati tentu banyak ujian bukan? karena barang kali tidak sedikit orang yang menggunjing, menyindir secara halus atau mengakhiri sebuah ikatan yang telah dibangun. Ah lagi-lagi tentang penantian. Dan hari ini aku dibuat tertegun kembali, bahwa sejatinya semua sedang dibuat menunggu-menantikan sebuah masa bernama KEMATIAN.

Hidup adalah rangkaian penantian
Dimana bingkainya adalah ibadah
Sebagian tercipta dari lirih keluh kesah karena menunggu
Lain waktu adalah bisikan hati yg mencoba teguh
Bahkan mungkin, dari air mata penuh tanda tanya
Atau sekedar senyum dan tawa penghibur, pelepas penat

maka percayalah,
jika sebuah penantian tercipta dari ikhtiar panjang
terbuat dari rangkaian ibadah hanya karenaNya
terlukis dari rintih sabar, tangis ikhlas untukNya

maka,
seorang anak tak akan menangis menunggu ayah bundanya
seorang pelajar tak akan cemas menunggu kelulusannya
seorang mahasiswa tak akan stres berharap cepat wisuda
seorang remaja tak akan galau dengan status singelnya
seorang suami-istri tak akan gelisah atas penantian buah hatinya
seorang kake-nenek tak akan putus asa atas hidupnya
dan keluh kesah seorang yang di uji sakit tak akan pernah kita dengar
karena Allah sebaik-baik sutradara hidup
script writer terbaik dan hakim yang paling bijaksana

Hidup adalah bergerak
tak bisa jika hanya menunggu dan menanti
orang yang menunggu kaya sejatinya tak akan pernah kaya
orang yang mnunggu Allah berikan
kecerdasan, keahlian, keshalehan
akan sulit untuk maju dan berkembang
karena waktunya terisi oleh penantian tanpa ikhtiar

hidup ini tidak se klise dongeng
perlu diperjuangkan!

Ini bukan catatan cinta kawand, bukan pula cerita pengantar tidur. Ini hanya tulisan pengingat yg mengingatkan daku akan sebuah penantian bernama kematian. Karena dalam proses menanti itu kita tidak boleh hanya duduk diam dan menunggu, Allah memerintahkan kita untuk beribadah. Maka jika kita tahu bahwa penghujung hidup ini adalah mati, mengapa daku masih saja malas untuk beramal? Ogah bersedekah? lalai sholat dan enggan untuk mengaji?

“Jika dalam kondisi sadar, sehat jasmani dan rohani saja kita sudah tidak mampu melawan hawa nafsu. Terpedaya untuk mengikuti rasa malas & bisik syetan terhadap keburukan. Lalu bagaimana dengan gambaran syakaratul maut kita?

Yang kondisinya dalam keadaan sakit luar biasa, bahkan mungkin dalam kondisi antara sadar dan halusinasi. Akankah kita terpedaya? Oleh bujuk rayu syetan yang dikala itu mengajak kita berpindah agama”

Wallohu’alam hanya amalan dan ridha Allah saja yang akan menyelamatkan. Lalu apakah selama menanti kematian kita tidak akan beriktiar?

Kawan, yuk ah jangan pernah mau diperbudak oleh hawa nafsu yang hina. Ridha Allah dan amalan kita semasa sehat dan sadar adalah cerminan syakaratul maut kita. Pergunakan waktu yang kita miliki dengan penuh rasa syukur. Jangan lupa berdoa untuk kematian yang husnul khotimah.

Akhir kata penulis tegaskan, bahwa penantian tidak bisa diartikan dengan menunggu fakot (baca: aja), tapi merupakan rangkaian ikhtiar yang hasil keputusanNya bisa kita terima dengan ikhlas dan lapang. Jadi mau kapan, siapa, apa, dan bagaimana tidak perlu dipermasalahkan selama kita masih tetap berusaha dan berada di jalan yang Allah gariskan. Be better for Life!

By, mutia azahra
edisi renungan.

Tidak ada komentar: