Rabu, 26 Maret 2014

Daun

Coba tengok dedaunan yang elok rupawan berderet rapi di sebuah tangkai pepohonan. Membuat rimbun, rindang orang berteduh, sejuk orang bernaung. Lalu-lalang burung berkicau mencari makan, pulang pergi mengambil bahan yang ia perlukan untuk membuat sarang. Sungguh aku tau, itu pohon yang baik dan nyaman untuk siapa saja yang berada disekitarnya. Air dan sinar matahari yang cukup, tentu sangat membantu pertumbuhan pohon ini. Membuatnya kuat menghujam bumi, membuatnya tegak dan mampu menopang diri. Hujan seringkali membuat dedaunan menjadi basah plus segar, dan angin membuat udara begitu sejuk, begitu wangi.

Tapi aku tau suatu hal kawan, konspirasi antara hujan dan angin. Konspirasi ini hanya aku dan kau yang tau, konspirsi yang sungguh menyakitkan. Hujan sering kali berkata bahwa ia dapat membuat daun menjadi segar. Angin selalu mengatasnamakan sejuk nan hidup agar mampu membelai lembut daun-daun di tepian. Bukankah angin tak selamanya berbisik lembut? Bukankah angin tak selalu indah jika datang dengan keributan? Haruskah daun selalu percaya pada angin, yang kadang kala berbisik tentang masa depan. Tentang daun yang bisa terbang bebas layaknya angin. Lihatlah konspirasi itu teman, daun dapat terbang tapi tak mampu lama karena bukan keahliannya. Ia membuatnya terjatuh, hujan bersorak membuat daun yang jatuh menjadi segar dan busuk di atas tanah. Sepertinya daun tahu bahwa itu takdirnya, terjatuh di atas tanah, membusuk dan membumi.

Tuhan, apakah daun Engkau biarkan untuk memilih? atau ia benar-benar tak punya pilihan?
Karena bagiku daun masih tetap akan bermanfaat meski ia hanya memiliki dua pilihan dalam hidupnya. Pilihan seperti hidup dan mati untuk keseimbangan alam, atau mati membusuk membumi menjadi organik.

Tuhan, daun membelajarkan aku suatu hal. Tentang tumbuhan padang pasir yang tak pernah menggerutu menunggu hujan. Tentang tumbuhan tak berdaun yang tetap hidup meski tidak mampu berfotosintesis.
Tentang ikhlas yang diajarkannya, atas takdirMu, atas ijinMu yang membiarkan awan, hujan dan angin berkonspirasi.

Sungguh, karena daun tak pernah diberikan pembelajaran untuk pergi dan menghindar dari angin dan hujan. Bahkan ia tak diberikan kekuatan untuk menceraikannya, agar tak lagi berkonspirasi....

---------------------
cukup, untuk sebuah konspirasi yang membuat sesak, seolah tak membiarkan aku untuk memilih. Hanya sebuah analogi, tak perlu banyak menerka apa yang sesungguhnya ingin penulis sampaikan.
- mutia azahra

Tidak ada komentar: